Angkat telpon gue!
Kalau nggak mau angkat, baca grup sama temen-temen lo!
Lo nggak sama Melody, kan? Jangan sampai dia terseret di masalah lo.
Hati-hati, Rey bilang Gerald sama Bang Tama mau gebukin lo malam ini.
Alvaro mengurungkan niat untuk mematikan ponselnya saat Samudra berkali-kali menelponnya. Pesan masuk dari Samudra yang tanpa sengaja ia baca membuat Alvaro segera membuka aplikasi whatsapp. Bahkan di grup perkumpulan, kini ada ribuan chat yang belum ia baca. Genggaman tangannya perlahan menguat kala mengetahui Gerald melibatkan permasalahan diantara mereka dengan alumni SMA Pelita yang tak lain ialah Aditama, mantan ketua Lorenzoz.
Dengan cekatan ia kemudian mengirim pesan kepada Samudra. Melihat Alvaro yang terus fokus pada ponsel dan mengabaikannya, membuat Melody mendengus malas.
Gue di rumah makan pecel lele dekat tribun. Di sini ada Melody.
"Alvaro kamu chatan sama siapa sih? Jangan cuekin aku dong!" ujar Melody kesal.
"Nggak chat sama siapa-siapa."
"Bohong. Jangan-jangan chatan sama Angel?!"
Alvaro menghela napas pelan lalu mengelus punggung tangan gadis itu yang terlihat sedang ngambek. "Nggak, Melody," jawab Alvaro dengan halus dan berusaha tenang.
Beberapa menit setelah memikirkan banyak hal dan apa yang harus ia lakukan nanti, Alvaro bernapas lega saat Samudra datang dengan langkah yang begitu cepat menghampiri. Melody yang melihat kedatangan Samudra secara tiba-tiba tentu membuatnya terkejut. Apalagi saat Alvaro langsung bangkit dari tempatnya dan ingin pamit duluan membuat Melody semakin merasa bingung.
"Mel, lo balik sama Samudra ya? Gue harus pergi sekarang."
"Loh, kamu mau ke mana, Alvaro? Tadi aku ke sini bareng kamu otomatis pulangnya harus bareng kamu," ujar Melody.
"Gue ada urusan, Mel."
"Kalau nggak mau anterin aku, aku bisa pulang sendiri. Gak usah ngerepotin Samudra lagi!"
"Indah, nggak papa, kamu balik sama saya aja ya? Alvaro lagi di--"
"Sam!" mengerti akan kode dan pandangan tajam yang diberi Alvaro, Samudra memilih untuk tidak melanjutkan ucapannya.
"Kenapa, Sam?"
"Nggak kenapa-napa, Mel," kali ini, justru Alvaro yang menjawabnya.
Melody merasa semakin janggal kala melihat sikap dan gelagat aneh kedua laki-laki itu. Tidak seperti biasa yang saling cuek dan menciptakan jarak.
"Kamu nggak bakal bohong sama aku kan, Samudra?" tanya Melody hingga membuat Samudra merasa panas dingin di tempat.
Ia tidak bisa berbohong kepada Melody. Namun untuk tetap menjaga dan memastikan gadis itu agar tidak terlibat dan terluka, membuat Samudra terpaksa untuk berbohong kali ini.
"Indah, saya nggak bohong. Sekarang kita pulang ya?"
Karena berpikir tidak ada waktu lagi, Alvaro bergegas pergi meninggalkan Melody dan Samudra. Melihat itu, air muka Melody mendadak berubah sendu. Malam ini ia hanya ingin menghabiskan waktu bersama Alvaro. Malam ini ia hanya ingin tersenyum geli karena menjahili laki-laki kaku dan menyebalkan itu. Malam ini setelah pulang dari rumah makan pecel lele, ia ingin melihat bintang dan planet Mars yang sedang dekat dengan bumi. Malam ini, ia merencanakan segala hal indah yang harus ia lalui bersama Alvaro.
Dengan hati-hati, Samudra meraih pergelangan tangan Melody lalu mengajaknya bergegas pulang. Angin malam yang semakin menjadi-jadi membuat Samudra harus melepas jaket hitamnya lalu beralih memakainkan Melody agar tubuhnya merasa lebih hangat. Samudra dapat merasakan suasana hati gadis itu sedang tidak baik. Kehadirannya hanya sebuah bayangan yang tak terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody Kata [COMPLETED]
Teen Fiction"Samudra, pertemuan kita layaknya sebuah kebisuan yang tersesat dalam keheningan yang membelenggu. Hanya sebuah angan, yang kini hanya menjelma bayang-bayang." "Kepergianmu, mengapa membuatku semakin mati rasa?" ...