18. GELAP YANG MEMBELENGGU

1.3K 94 28
                                    

Alvaro kini berjalan melewati lorong koridor. Di sepanjang lorong, langkahnya tiba-tiba melambat kala menyadari gadis yang selalu menjadi perusuh hidupnya juga sedang berjalan berlawanan arah dengannya.

Tatapan mata gadis itu menghunus menatapnya. Mata hazel indah itu Alvaro yakini mampu membuat siapa saja luluh. Bahkan saat ini Alvaro tidak sadar jika dirinya sedikit terbawa dengan pesona mata milik Melody.

Pagi ini Melody berniat ingin berada dalam mode jual mahal. Gadis itu semalam mendapat saran dari Maura bila membutuhkan pembuktian cinta dari laki-laki, maka perempuan harus berlagak jual mahal dalam satu waktu. Haha, lucu sekali, sampai kapan pun Alvaro gak bakal peduli!

Sungguh. Melody begitu sulit menahan dirinya untuk tidak menyapa bahkan menyerbu ke hadapan laki-lai itu. Ia berharap semoga Alvaro mau menyapanya lebih dulu. Berusaha tetap pada pendiriannya, Melody tetap melanjutkan langkahnya dan mengabaikan Alvaro.

Dasar Melody ogeb, sampai muka Andre berubah jadi Lee Min Ho pun Alvaro bakal bodoamat!

Melody menghentakkan kakinya dengan kesal saat Alvaro melewati dirinya begitu saja tanpa merasa sedikit pun sesuatu yang janggal. Seolah-olah di mata Alvaro ia hanyalah gelembung angin lalu yang sekadar lewat. Dengan kesal, Melody akhirnya berbalik lalu menyusul langkah kaki Alvaro yang begitu cepat.

Kemarin laki-laki itu membuatnya terbang diambang batas, sekarang diabaikan lagi. Melody bingung, apakah Alvaro memang berniat mempermainkan perasaannya? Ralat, memang hanya dirinya yang ingin mencari patah hati!

Alvaro semakin merasa risi saat kedua telapak tangan Melody langsung berhambur memeluk lengannya dengan tiba-tiba. Laki-laki itu mengumpat pelan sambil berusaha lepas dari jangkauan gadis aneh bin menyebalkan ini.

"APA?!" ujar Alvaro sambil menepis kasar tangan Melody.

Hanya tatapan tajam yang dapat dilihat Melody dari raut wajah laki-laki itu. Wajahnya yang kembali datar seakan menyadarkan Melody bahwa kemarin laki-laki itu hanya terpaksa ingin membuatnya senang. Tidak ada binar bahagia yang dapat ia lihat sama sekali. Melody berusaha mengubur rasa sakitnya. Sebab besarnya rasa cinta yang tercipta, mampu menutupi semua luka yang ada.

"Aku lagi kesel sama kamu. Maunya tuh tadi kamu ngucapin selamat pagi kek, sekadar berbasa-basi atau nyapa aku duluan gitu," ujar Melody dengan ocehan panjang lebarnya.

"Bisa gak sih, sehari aja kamu buat aku seneng?" tanya gadis itu yang masih berkacak pinggang.

"Kamu tuh kayak bunglon. Sekejap baik, sekejap lagi ngeselin. Kemarin buat aku seneng, sekarang buat aku bete," ujar Melody lagi.

"Emang lo itu siapa?" tanya Alvaro dengan lugas hingga membuat Melody melototkan kedua matanya.

TAHAN MELODY! TAHAN! LO MESTI BERJUANG PELAN-PELAN.

Melody menghela napas. Sebisa mungkin ia harus meredam rasa kesalnya pada sosok manusia berhati batu yang ada di depannya. Pertanyaan Alvaro baru saja merupakan sebuah tamparan keras untuknya agar lebih bersikap tahu diri. Tetapi, bukan Melody namanya jika ia tidak bisa mendapatkan apa yang dia impikan. Dalam kamus hidupnya, perjuangan tidak akan ada nilainya bila di tengah perjalanan sudah ada niat untuk menyerah. Baginya, berjuang membutuhkan kelokan tajam yang berliku untuk mendapatkan apa yang ingin digenggam.

"Iya-iya, aku emang bukan siapa-siapa tapi seenggaknya hargain dong perasaan aku," ucap Melody.

"Gue gak pernah minta lo suka sama gue," ucap Alvaro dengan lantang. "Lo itu masalah buat gue."

Kesal sekali mendengar jawaban Alvaro yang menyakitkan seperti itu. Antusiasnya kini melebur tergantikan mendung yang menghias wajahnya. Melody menunduk sambil memainkan kukunya. Ia malu. Bahkan harga dirinya kini sudah berada di bawah kendali Alvaro. Sejak Alvaro hadir, Melody tidak lagi memperdulikan rasa malunya. Katakan saja jika dia sudah masuk dalam kategori bucin kasta tertinggi.

Melody Kata [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang