HI HELLO ANYEONG❣️
SUDAH VOTE BELUM? VOTE DULU YAA😽****
Ada kalanya perasaan membutuhkan waktu untuk beristirahat sejenak. Melupakan banyaknya beban yang ia ciptakan sendiri karena jatuh hati sendirian.
****
Melody tersadar dari lamunannya saat menyadari gadis berlesung pipit manis itu duduk di sebelahnya. Gadis kalem dengan senyum menawan bak malaikat. Dibanding dengan dirinya, pasti semua orang langsung melihat perbedaan antara sosok antagonis yang jahat dan sosok protagonis dengan hati selembut sutera.
Melihat kedatangan gadis itu, Melody hanya merotasikan matanya lalu bersikap kembali angkuh. "Ngapain lo ke sini? Mau ikut ngetawain gue juga?"
Aleta hanya membalasnya dengan senyuman. Dan itu membuat Melody sangat kesal. Menurut Melody , Aleta terlalu baik. Senyumnya tidak pernah luntur sedikitpun meski ia permalukan berkali-kali.
"Jangan nyerah, Ndah. Aku dukung kamu buat terus berjuang kok" ucap Aleta dengan nada yang terdengar penuh ketulusan. "Nggak perlu sok baik sama gue. Gue gak butuh support dari lo."
"Aku tahu kamu butuh dukungan. Kalau lagi rapuh, jangan sungkan buat berbagi cerita," ujar Aleta.
"Gue ini tokoh antonis yang paling arogan dalam hidup lo. Kenapa lo mesti buang tenaga buat bersikap baik dengan cewek berantakan seperti gue?" tanya Melody.
Mendengar itu, Aleta menghela napas pelan. "Aku tahu kamu orang yang baik, Indah. Hanya saja kebiasaan hidup yang nggak mendukung hingga membuat kamu tumbuh menjadi seperti ini. Jangan ragu untuk berbuat apa yang kamu mau. Tapi kamu harus berpikir baik lebih dulu. Menjadi egois, nggak akan membantu kamu mendapatkan segalanya."
Mungkin, mengikhlaskan memang tidak sepenuhnya bisa terwujud begitu saja. Tetapi, Aleta berusaha melakukannya sebab tidak ada cara lain yang bisa ia harapkan selain melihat orang yang sejak dulu ia suka bahagia meski bukan dengan dirinya. Perihal ikhlas tidak selamanya tentang merelakan seseorang seutuhnya. Tetapi tentang bagaimana niat kita untuk benar-benar ingin mendalaminya.
"Gue bingung sama lo. Kenapa lo harus bersikap baik ke gue? Sementara gue nggak pernah perlakukan lo sebaik lo memperlakukan gue?" tanya Melody tanpa basa-basi.
"Ndah, hidup itu sebuah pilihan. Kalau kita terus berjalan lurus, maka Allah akan selalu menimpakan kita berkah yang tiada hentinya. Begitu pula sikap. Jika kita terus berbuat baik, maka Allah bakal membalas lebih dari apa yang kita lakukan." Aleta berusaha menasehati Melody. Menurutnya, saat ini Melody butuh sebuah wejangan agar kembali semangat. Aleta tidak suka melihat seseorang patah semangat hanya karena satu alasan yang berhasil membuatnya jatuh.
"Aku ngerti Ndah, Alvaro udah buat perasaan kamu semakin jatuh. Tapi apa kamu mau mundur gitu aja? Hidup butuh perjuangan," lanjut Aleta.
"Dan kenapa, lo sendiri nggak pernah perjuangin cinta lo? Bukannya lo suka sama Alvaro? Kenapa lo cuma diem aja?"
Aleta kembali tersenyum miris. Mungkin hatinya sedikit terluka karena berusaha memberi celah untuk Melody agar bisa semangat mengejar cintanya. Tetapi, Aleta memiliki prinsip tersendiri. "Prinsip hidup aku cuma satu. Ikhlaskan apa yang kita sukai demi membuat hidup dia lebih bahagia," jawab Aleta. "Dan aku bisa melihat jelas bahwa perempuan seperti kamu bisa merubah hidup laki-laki dingin seperti Alvaro menjadi lebih hidup."
Perasaan Melody mulai teduh dibuatnya. Mungkin, gadis seperti Aleta terlalu sempurna di muka bumi ini. Di saat orang-orang menyarankan dirinya untuk mundur, Aleta malah memberinya energi untuk tetap maju. Untuk pertama kalinya ia tersenyum kepada Aleta. Aura angkuh yang biasanya ia perlihatkan pada gadis itu mendadak berubah menjadi lebih teduh. "Makasih Ta, maaf juga karena sikap gue belakangan ini terlalu egois," ucap Melody menyesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody Kata [COMPLETED]
Teen Fiction"Samudra, pertemuan kita layaknya sebuah kebisuan yang tersesat dalam keheningan yang membelenggu. Hanya sebuah angan, yang kini hanya menjelma bayang-bayang." "Kepergianmu, mengapa membuatku semakin mati rasa?" ...