Berhenti bersikap layaknya kupu-kupu. Dapat dikejar, namun sulit digapai.
-Melody Indah Juwanda
°°°
Alvaro terkejut saat baru saja sampai di depan apartemennya, ia melihat Melody sudah berdiri manis dengan tangan yang terlipat di dada. Tak lupa, seulas senyum yang tergantikan cengiran jahil itu tercipta kala gadis itu melihatnya dari jauh lalu melambaikan tangan ke arahnya.
Padahal sudah ratusan kali Alvaro mengatakan jika ia tidak butuh perusuh menyebalkan seperti Melody. Melody ialah biang masalah, penghancur ketenangan serta beban untuknya. Ternyata harapannya agar terhindar dari makhluk menyebalkan bernama perempuan tidak bisa terwujud sama sekali. Apalagi makhluk itu ialah manusia berwatak gila bernama Melody Indah Juwanda.
Bagaimana gadis itu tahu apartemennya? Pasti ulah Rey!
Alvaro memang sering menghabiskan waktunya dengan menyendiri di apartmen ketimbang tinggal bersama ayah dan saudara angkatnya. Baginya, sendiri ialah sensasi yang paling menenangkan.
Tanpa berlama-lama menunggu bulukan selama berjam-jam, Melody langsung berjalan dengan riang menghampiri Alvaro sambil menyapa laki-laki berperawakan judes dan sedingin es itu.
"HAI! NGECOVER BARENG YUK?" Melody menawar lagi sambil menarik lengan kokoh Alvaro masuk ke dalam.
"Ngapain lo ke sini?!" ujar Alvaro dengan nada yang masih dingin seperti biasa.
"Nyamperin lo lah! Sekalian jalan-jalan ke apartemen calon pacar gue," Melody menjawab enteng seraya menyolek pipi Alvaro tetapi gadis itu hanya mendapat tatapan maut dari Alvaro .
"Ish, galak amat! Pantes lo jomblo terus!" gerutu Melody sembari mengekori Alvaro masuk, gadis itu tampak mengusap-usap punggung tangannya karena habis ditepis oleh Alvaro.
"Gue tau alamat apartement lo dari Rey," ucap Melody lalu mendaratkan tubuhnya di sofa ruang tengah.
"Gue tau, Melody. Lebih baik lo pulang, lo itu selalu aja bikin masalah baru buat gue," ucap Alvaro sambil melepas sepatu converse putih dan kaos kakinya. Laki-laki itu melempar tas dan kunci motornya di atas meja.
Melody terdiam kaku menatap Alvaro. Selang beberapa detik, gadis itu akhirnya bersuara, " ini hari apa?" tanya Melody tanpa ba bi bu.
Kening Alvaro berkerut, "Kamis. Lo anak sekolah kan? Hari aja nggak tau."
Samar-samar Melody mengagguk, "Hari kamis yang manis, hari pertama lo mau nyebut nama gue," papar Melody sambil tersenyum senang melihat Alvaro yang juga sedang menatapnya dengan tatapan tak habis pikir.
"Tapi omong-omong, kenapa manggil gue Melody? Kesannya kaku amat. Kenapa bukan Indah sama seperti yang dipanggil anak-anak lain?" tanya Melody.
"Suka-suka gue, yang punya mulut gue," ujar Alvaro enteng dengan jawaban asal yang tentu dibuat-buat.
"Oke gue ngerti, panggilan sayang kan?" ujar Melody dengan rasa narsis yang tidak kunjung hilang.
"Banyak omong! Lebih baik lo pulang sekarang!"
"Gak mau! Sebelum lo mau cover lagu bareng gue!" ujar Melody masih bersikukuh.
"Trus mau sampe kapan lo di situ?" ujar Alvaro yang kini menghalau pandangan Melody yang sedang menatapnya dengan penuh rasa kagum.
Alvaro kini bangkit lalu berdiri mendekat ke arah Melody hingga membuat gadis itu sedikit gugup dengan posisi sedekat ini. Melody meremas ujung roknya sambil menahan napas saat Alvaro ikut berjongkok menyesuaikan arah pandangnya menatapnya. Ditatap sedemikian itu membuat jantung Melody berdegup tak teratur. Apalagi, saat suara serak dan berat Alvaro mulai terdengar, rasanya Melody ingin tenggelam saat ini juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody Kata [COMPLETED]
Teen Fiction"Samudra, pertemuan kita layaknya sebuah kebisuan yang tersesat dalam keheningan yang membelenggu. Hanya sebuah angan, yang kini hanya menjelma bayang-bayang." "Kepergianmu, mengapa membuatku semakin mati rasa?" ...