SUDAH VOTE?
VOTE DULU YAA😽
****
Melody berlari tergesa-gesa melewati halaman belakang sekolah. Ia tidak mau lewat gerbang depan karena saat ini ia sedang menghindar dari ayahnya yang memang datang menjemputnya dengan paksa. Melody mengumpat dengan kesal, tujuan ayahnya sudah pasti ingin mempertemukannya dengan wanita jalang itu.
Saat dirasa dirinya sudah aman, Melody kemudian memanjat pagar belakang dan memesan ojek online di titik cafe yang berada di dekat sekolah.
Melody bernapas lega saat tubuhnya berhasil mendarat sempurna di aspal. Ia kemudian membersihkan roknya dari debu kemudian berjalan menuju kafe untuk memesan minum dan ojek online nanti.
Tak lama dari itu, Melody tergelonjak kaget saat tidak sengaja menubruk tubuh jangkung seseorang yang berseragam sama dengan dirinya.
"Alvaro?"
"Ngapain lo di sini?" tanya Alvaro judes.
"Alvaro please, aku butuh temen saat ini. Temenin aku bentar ya?" Melody memohon kepada Alvaro tetapi hanya dibalas decakan malas dari laki-laki itu.
"Gak bisa. Lo sendiri aja," jawab Alvaro.
Melody segera memohon dengan menggenggam tangan Alvaro dan berusaha membujuk lagi agar laki-laki itu bisa luluh saat ini.
"Aku beneran lagi butuh temen, Al. Temen aku yang lain udah pada pulang," ujar Melody dengan wajah yang masih terlihat pias.
Alvaro kemudian menarik tangannya dari genggaman gadis itu. Sebelah tangannya, ia sembunyikan ke belakang, berusaha untuk bersikap dingin melihat Melody "Bisa gak? Sehari aja lo gak bertingkah modus buat bisa deket sama gue?" ujar Alvaro. "Gue mohon, jauh-jauh dari hidup gue," lanjutnya dengan spontan.
"Tapi aku takut, Al. Aku nggak modus kok, aku lagi dikejer samaa--" ucapan Melody terjeda karena Alvaro memotong ucapannya dengan cepat.
"Gue punya urusan lain, Mel. Dan menemani lo itu bukan urusan gue." Alvaro menjawab dengan ketus lalu kembali melanjutkan langkahnya menuju tempat di mana motornya selalu terparkir tiap kali terlambat datang. Ya, tempat parkir motor anak-anak Cendrawasih saat terlambat memang di bawah pohon beringin belakang sekolah.
Melody menghela napas pasrah. Tiap orang tidak selamanya mau menemani saat kita sedang membutuhkan.
Sebelum ia melanjutkan langkahnya, tiba-tiba ia merasa sebuah tangan kokoh dan kasar mencekal pergelangan tangannya. Jantung Melody sesaat berhenti berdetak disertai dengan wajah terkejut. Saat menoleh sekilas ia mendapati wajah ayahnya yang kini merah penuh dengan guratan emosi.
Sedetik kemudian ayahnya melayangkan tamparan keras di pipi Melody hingga membuat wajahnya berbekas kemerahan.
"DASAR ANAK KURANG AJAR!"
Melody terdiam kaku meraba pipinya yang begitu terasa ngilu. Sebagian wajahnya masih tertutup beberapa helaian rambut yang saat ini begitu terlihat berantakan.
"Kamu menganggap Papa ini preman? Sampai kamu harus berlari dan terus menghindar dari Papa?" Bondan melempar pertanyaan beruntun dengan nada seoktaf.
"Aku menghindar karna aku tahu kalau niat papa cuma mau ajak aku makan malam sama perempuan itu kan?" ujar Melody dengan suara serak.
Para lalu lalang kendaraan mungkin sedang banyak yang menyaksikan semuanya. Bahkan tukang ojek pengkolan dan anak-anak yang masih nongkrong di warung samping kini menyaksikan keadaannya yang begitu terlihat menyedihkan. Jujur--Melody malu. Ia tidak tahan dengan semua ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody Kata [COMPLETED]
Jugendliteratur"Samudra, pertemuan kita layaknya sebuah kebisuan yang tersesat dalam keheningan yang membelenggu. Hanya sebuah angan, yang kini hanya menjelma bayang-bayang." "Kepergianmu, mengapa membuatku semakin mati rasa?" ...