Melody berjalan di sepanjang koridor dengan langkah yang begitu angkuh. Semua orang yang melihatnya di sepanjang jalan hanya bisa menatapnya dari jauh. Sosok angkuh dan aura jahat yang menghias wajahnya tak luput dari perhatian orang-orang. Tiap derap langkahnya yang begitu santai disertai sebuah smirk misterius membuat semua orang paham jika setelah ini akan terjadi aksi yang akan melegenda. Bukan legenda menyedihkan seperti dalam film-film, melainkan legenda memalukan yang akan membuat satu gadis menyebalkan yang sedang berdiri enteng di depan kelas malu sekaligus mengundang iba seluruh pasang mata yang menatapnya.
BYURR!!!
Air dingin penuh dalam botol yang semula di pegang Melody, kini disiram sampai habis hingga mengenai seluruh wajah Angel.
Reaksi gadis itu? Tentu shock tak percaya melihat aksi gila Melody. Semua pasang mata yang melihatnya tentu berseru heboh menyaksikannya. Tak terima diperlakukan seperti ini, Angel berniat hendak menjambak rambut Melody tetapi aksinya langsung dicegah oleh Melody. Melody mendorong bahunya hingga tubuhnya menabrak pintu kelas.
PLAKK!!!
Tak berselang lama, sebuah tamparan keras mendarat di pipi Angel hingga menimbulkan bekas kemerahan.
"Lo--berani nampar gue?" tanya Angel tak percaya, memegangi pipinya yang terasa kebas.
Melody tertawa lepas mendengarnya. "Lo pikir selama ini gue gak berani nampar lo? Hei, lo pikir lo ini siapa? Ratu? Malaikat berhati iblis? Lo siapa berani berpikir buat nyari masalah sama gue?" Melody memekik dengan intonasi meninggi, membuat suasana semakin bungkam melihatnya.
Angel bungkam. Ia bungkam bukan karena ia merasa kalah dengan Melody, melainkan ia bungkam karena pipinya masih terasa begitu sakit.
"Listen to me carefully." Melody kembali menekankan. "Berhenti deketin Alvaro! Gue bersumpah sampai kapan pun nggak akan biarin hidup lo tenang selama lo masih mengganggu gue ataupun Alvaro."
"Kali ini gue mau egois, Ngel. Dulu gue selalu biarin lo ngelakuin apa sesuka lo, sekarang nggak lagi. Gue mau egois. Dan gue minta lo jauhin hidup Alvaro. Paham?"
"Hei lo gak berhak buat ngatur gue!"
"Kalau gitu gue bakal paksa lo!" pekik Melody seraya kembali menampar pipi sebelah Angel.
"Tamparan kedua itu buat lo yang merebut kebahagiaan gue dan keluarga gue!" ujar Melody dengan intonasi meninggi. Semakin kalap, gadis itu kembali menjambak rambut Angel dengan kuat, membuat Angel mati-matian menahan amarah dan rasa sakitnya untuk menjalankan akting sebagai korban bully di hadapan banyak orang.
"AAAH, SAKIT MEL!" Angel merintih dengan pilu, membuat Melody semakin menjadi.
"Lebih baik lo mati sekalian, gue benci sama lo!" Kini, Melody benar-benar hilang kendali. Amarah yang belakangan ini berusaha ia kubur dalam-dalam perlahan kembali bangkit hanya dengan mengingat seberapa banyak Angel membuat hidupnya hancur. Melody begitu membencinya.
Mata Melody kini melotot, tertawa puas melihat Angel di bawah kendalinya. "HEI BERHENTI BERLAGAK SEOLAH LO GAK BERDAYA DI DEPAN GUE, GUE TAU LO LEBIH JAHANNAM DARI APA YANG GUE LAKUIN INI!" Suara Melody semakin meninggi.
"Harusnya lo berhenti ngusik gue, Ngel. Itu semakin membuat gue gak tahan sama lo."Melody kembali menyeret Angel dan mendorong gadis itu hingga terjatuh.
Wajah Angel kini geram menahan emosi, ia semakin tak tahan dengan semua ini. Gadis lemah yang dulu berada di bawah kendalinya, kini mulai berani menyakiti dirinya. Tak mau diam, Angel maju selangkah mendekat ke arah Melody. Niat hati ingin balas menampar gadis itu, aksi Angel urung begitu melihat Alvaro berdiri di ujung koridor menyaksikan semuanya. Gadis itu tersenyum dengan penuh misteri, lalu melakonkan sebuah akting untuk membuat Melody terlihat jahat di mata semua orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melody Kata [COMPLETED]
Teen Fiction"Samudra, pertemuan kita layaknya sebuah kebisuan yang tersesat dalam keheningan yang membelenggu. Hanya sebuah angan, yang kini hanya menjelma bayang-bayang." "Kepergianmu, mengapa membuatku semakin mati rasa?" ...