16. KENAPA?

1.4K 123 77
                                    

Semoga Tuhan bermaksud baik dalam memberi kita kekuatan untuk menghadapi hal yang membuat kita terluka.

****

Ada yang punya ig? Coba tulis nama ig kalian di sini, sekalian mutualan yuk!

Follow @seduhanmelody yaa:)

Ohiya, jangan lupa klik bintang di pojok kiri bawah, vote itu gratis kok. Selagi gak bayar, bantu aku buay terus semangat nulis dengan cara vote pada tiap bab.

Jangan lupa ramein juga kolom komentarnya. Makin rame makin seru!

Ajak temen-temen kalian buat baca MelodyKata yuk.

Selamat membaca <3

*****

Keriuhan suasana adalah hal yang paling tidak disukai oleh Alvaro. Apalagi jika berdiri di tengah keramaian perempuan yang menurutnya ribet dan rempong. Ia terpaksa harus menemani gadis aneh bermulut mercon ini melihat-lihat pakaian dan berbagai tas.

Sudah hampir satu jam ia bolak-balik dari toko satu ke toko yang lain. Dan hasilnya tetap sama. Tidak ada yang menurut Melody cocok untuknya. Gadis itu kembali meraih tangannya, mengajaknya memasuki toko paling ujung saat matanya menangkap sebuah cardingan sederhana tetapi elegant.

"Mbak, ukuran S ada nggak?" tanya Melody pada pelayan tokoh tersebut.

Pelayan itu mengangguk sopan. "Ada kok Mbak, sini ikut saya."

"Mbak-Mbak, saya ini masih adek-adek. Jangan samain umur saya sama Mbak! Manggilnya jangan Mbak dong!" tukas Melody tak terima.

Pelayan toko itu menggaruk lehernya sambil tersenyum kikuk. "Maaf Mbak," Salah lagi! Pelayan itu merutuk dalam hati. "Eh maksudnya, maaf dek," lanjutnya dengan sopan.

Melody hanya memutar bola matanya dengan jengah. Pada dasarnya, sifatnya memang seperti anak-anak. Bila ada yang salah bicara sedikit, ia pasti akan mudah marah dan meralatnya dengan cepat. Alvaro hanya menggelengkan kepala miris melihat sikapnya itu. Rasanya ia ingin pergi meninggali gadis itu sendirian. Hal sepele saja harus dibuat ribet.

"Alvaro, gimana menurut kamu? Cardingannya bagus gak?" Melody mencocokkannya di depan cermin. Dan, hanya dibalas deheman kecil oleh Alvaro.

Melihat respon singkat nan cuek itu, lantas membuatnya cemberut kesal. Respon laki-laki itu begitu terkesan membosankan. "Kok kamu jawabnya itu-itu terus sih!"

"Terus gimana? Lo itu lama banget, gue capek. Buruan!" ucap Alvaro tidak sabaran.

Sambil menghentakkan kakinya, Melody berjalan menuju kasir untuk membayar cardingannya.

"Nominalnya delapan ratus enam puluh ribu dek."

Menghela napas, Melody melirik sekilas ke arah Alvark. Reaksinya biasa-biasa saja. Seperti tidak peduli. Melody mencibir dalam hati. Dalam novel yang biasa dia baca, kebanyakan cowok akan membayarkan barang-barang yang diinginkan ceweknya. Ternyata hal itu memang fiksi dan halusinasi dunia mimpi saja.

"Oh delapan ratus enam puluh ribu?" Melody mengulang nominal yang baru saja disebut kasir perempuan tadi dengan nada yang sengaja ia tinggikan. Berharap kodenya dapat dimengerti oleh Alvaro.

Dan sampai kapan pun, laki-laki itu takkan pernah mengerti.

Dengan malas, Melody merogoh sling bagnya sambil menatap Alvaro yang kini memperhatikan objek lain. Melody kemudian mendengus pelan lalu menyerahkan sembilan lembar uang seratus ribuan.

Melody Kata [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang