"Kau tahu apa hal terburuk yang bisa dihasilkan Tashver? Sandwich tuna."
Aku baru menghabiskan burrito yang kutelan susah payah, memandang ke luar dinding kaca salah satu restoran cepat saji di Tashver National Airport terdekat yang kudatangi bersama Josephine setelah turun dari pesawat siang tadi. Sebagian besar orang-orang memakai pakaian musim panas—bahkan aku memergoki seorang wanita bergaun putih nyaris bening, memamerkan bikini bunga-bunga yang penuh gaya di baliknya—dengan koper-koper yang ditarik serta ransel besar di punggung, lewat tanpa repot-repot melirik papan nama kuning terang T&C! di sampingnya.
Tash & Cass! Aku melihat kepanjangan logo itu di sudut kanan atas daftar menu yang diberikan pelayan tadi. Setelah mengunyah daging ayam yang rasanya tidak lebih baik dari sandwich tuna—menurut testimoni Josephine barusan—dan seharga dua kali lipat dari burrito yang biasa kubeli di cafeteria SMA dulu, kalimat itu jadi terdengar seperti Trash & Cash.
Tapi kau tetap tidak bisa menilai sebuah kota dari makanan pertama yang kau konsumsi di bandara.
"Kita hanya masuk ke restoran yang salah," kataku pada Jose sambil menggeser gelas kurus tinggi berisi soda dingin, lalu menerawang ke gerai Starbucks yang terletak di ujung sana—seandainya kami tahan berjalan beberapa meter lagi. Berusaha memulai hari pertama yang positif di Tashver, aku menambahkan, "Atau mungkin lima jam duduk di pesawat membuat selera makan kita hilang."
Jose mengibaskan rambut ikalnya yang dicat cokelat—cewek itu menganggap dirinya terlihat lebih cerdas dengan rambut gelap ketimbang pirang—lalu menyesap kopi krim dan mengangkat alis sejenak seolah tidak menyangka cairan kafein itu akan lolos uji kelayakan di lidahnya. "Yeah, duduk berjam-jam di pesawat mengakibatkan tuna yang kau makan terasa seperti tuna kemarin sore yang baru saja dipanaskan lima menit yang lalu. Kukira kau tahu tempat makan terenak dan tidak terenak di sini, Ashley."
"Walau ayahku memang tinggal di sini, ini adalah pertama kalinya aku ke Tashver seumur hidupku," belaku.
Sebenarnya, aku bahkan tidak menyangkan akan menginjakkan kaki di kota terpinggir di California ini seandainya Mom tidak memberiku penawaran menggiurkan enam bulan yang lalu.
Saat itu aku sedang membaca brosur-brosur universitas yang dibagikan sekolah, membandingkan asrama mana yang paling keren, dan kampus apa yang memiliki program paling mengasyikkan, sampai tiba-tiba Mom mengetuk pintu kamar.
Dia membawa brosur berwarna biru gelap sendiri di tangannya, yang sama sekali tidak mirip dengan brosur mana pun yang berserakan di atas meja belajarku.
"Tashver School of Business," umumnya keras-keras, "apa kau sudah lihat yang satu ini?"
"Tashver terlalu terpencil, Mom," balasku.
"Ayahmu di sana, Ashley."
"Karena itulah dia tidak pernah terjangkau." Aku sudah menyusun brosur dari yang paling menarik perhatian sampai paling yang tidak kuinginkan. Columbia Business School berada di urutan teratas.
Mom tampaknya menyadari hal itu, dan bergumam, "Oke, rupanya kau punya selera yang tidak ekonomis."
Masih memakai blazer hijau tua dan kemeja abu-abu sebagai asisten direktur hotel, Mom memasuki kamar dan merebahkan tubuh di tempat tidur. Dia berbaring miring, menopang kepala dengan siku sambil menghadap kursi belajarku. "Aku tidak memaksamu, Ash," katanya, "tapi coba lihat. Selain Tashver hanya memakan separuh biaya dari Columbia, universitas ini memiliki program menarik yang menguntungkan. Berapa peluang kau bisa menghasilkan uang selama berkuliah di Columbia? Sangat kecil, dan sulit mencari pekerjaan di sela kesibukan berkuliah. Di Tashver, kau menemukan solusi itu. Mereka membebaskanmu mengambil kelas di jadwal apa saja, mulai dari pagi hingga malam. Coba pikirkan ini, Sayang, kau mendapat pendididikanmu pada malam hari, dan paginya kau menghasilkan uang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fortune Cookie (End)
ChickLit(CHICKLIT-MYSTERY-comedy) Rate: 16+ (kissing scene, bad words, adult jokes) Ada tiga hal yang harus diketahui setiap orang di dunia. Pertama, kepingin bekerja di kantoran di usia 18 bukan berarti kau bosan hidup. Kedua, Fortune Cookie tidak bisa mem...