-24-

1.7K 349 46
                                    

"Sejak kapan kau mengetahuinya?" Walau terdengar pelan, tapi rasanya suara Hannah tersebar merata hingga ke setiap sudut ruangan dan siap meresap ke tulangmu.

Lawan bicaranya hanya terdiam di sofa bulat rendah. Dia tidak berani menatap mata siapa pun dan tiba-tiba jadi tertarik dengan corak marmer permukaan meja kopi di depannya. Aku juga akan melakukan hal yang sama jika menjadi Celline seandainya ditatap Hannah seperti itu. Wanita itu berdiri di sudut dengan kedua lengan terlipat, dan tidak hanya gaun hitam dengan ujung bahu tinggi yang membuatnya mengerikan, tapi kurasa tatapan tajam Hannah mampu membekukan api.

Ini mungkin salahku. Setelah menerima pengakuan Celline, aku segera menelepon Matt di sepanjang jalan. Matt praktis melontarkan umpatan, lalu langsung menghubungi Hannah tanpa sepengetahuanku.

Jadi di sinilah kami semua, 'rapat' dadakan di ruang kerja Hannah yang tertutup, dengan pakaian kerja yang belum diganti-kecuali Celline, yang ternyata sempat mencuci rambut dan akhirnya ingat kalau mandi itu ada.

Aku memelototi Matt untuk memberi sinyal menyalahkan, karena seharusnya kami membahas secara lebih pribadi soal ini tanpa Hannah. Dan seharusnya Matt mengerti aku tidak ingin seruangan dengan Hannah dan terlibat dalam sebuah masalah yang sama bersamanya. Tapi Matt tidak menyadari tatapanku. Cowok itu memandang Celline, yang masih memandang permukaan meja yang menampilkan bayangan Hannah, yang memandang ... ku. Tunggu, kenapa wanita itu jadi memandangku?

Kupandangi Hannah balik dari balik meja marmer yang paling besar di tengah ruangan. Aku tidak tahu apa fungsi meja seluas meja makan keluarga ini, tapi posisinya yang persis di depan perapian listrik membuatnya terlihat seperti altar persembahan, dan beberapa detik kemudian kusadari bahwa Hannah barangkali sedang mempertimbangkan korban mana selanjutnya yang akan disembelih di atas meja ini. Pemikiran itu membuatku tanpa sadar mengangkat siku dari permukaan marmer dingin secara perlahan.

"Oh, kau sedang bertanya kepadaku?" tanyaku spontan, sontak membuat kepala Celline dan Matt terangkat ke arahku, sama-sama heran. "Aku baru menyadarinya tadi saat Justin tidak sengaja mengatakan bahwa James dan Celline sempat menjalin hubungan. Well, dia tidak terang-terangan bilang sih, tapi tahu kan, ini seperti permainan logika fakta dan kesimpulan, jadi kau menggabungkan beberapa fakta untuk mendapat sebuah kesimpulan."

"Itu namanya deduksi," ucap Matt.

"Aku tahu apa itu deduksi," balasku sambil melotot. Tampaknya Matt sama sekali tidak menyadarinya, atau otaknya sedang berhenti berfungsi karena dia tiba-tiba tersenyum sendiri.

"Apa buktimu?" tanya Hannah.

Aku mengernyit, agak kesal. Selain karena pertanyaan Hannah terdengar tidak masuk akal-maksudku, bukan aku yang mengaku kalau James pelakunya-gerakan perutku yang memprotes minta diisi zat padat membuat suasana hatiku memburuk.

"Bagaimana jika kita tanyakan ke saksi?" Aku menunjuk Celline yang menggeleng panik.

"Celline juga tahu?" tanyanya skeptis.

"Tunggu," kataku, "memangnya apa alasan kita semua berada di sini?'

Hannah mengernyit seakan sedang berhadapan dengan makhluk tolol, dan itu cukup membuatku merasa seperti direndahkan. "Matthias mengatakan kalau kau sudah tahu pelakunya dan kita harus segera menyelesaikan ini ...."

"Sebenarnya," sambung Matt gugup saat aku menoleh padanya, "aku belum memberitahu detailnya. Soal Celline yang sudah mengetahui soal ini sejak Minggu lalu dan baru mengaku sekarang."

"Benarkah itu, Celline? Kenapa kau tidak memberi tahu kami?" tanya Hannah tajam.

"Aku-"

"Dari mana kau begitu yakin kalau itu adalah salah satu karyawan Jaxon yang bahkan tidak ada hubungannya denganmu?" Hannah menatap lurus ke arah Celline yang kini terdiam. Sepertinya, kami juga sedang menunggu jawaban.

Fortune Cookie (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang