-22-

1.8K 384 36
                                    

Maksudku, seharusnya aku yang mengatakannya duluan. What the hell? Bagaimana bisa dia muncul di sini, memakai kaus putih bersih dan celana jins biru yang bagus lalu berteriak 'what the hell'? Padaku? Baiklah, memang tidak secara khusus padaku, tapi Matt menatapku, dan bukannya memasang tampang bersalah, dia memberi ekspresi menghakimi seakan aku melakukan dosa besar.

Seolah dia sendiri tidak pernah meninggalkan cewek sendirian di kamar tanpa alasan jelas.

"Apa yang kalian pikir sedang kalian lakukan?" tanyanya, masih dengan nada yang sama.

"Apa kau tidak bisa lihat?" ucapku sambil mengangkat gelas yang masih terisi dengan malas. Celline tampaknya terlalu tidak peduli untuk menjawab. Dan Juliet—entah karena mabuk anggur atau cinta—memandang Matt sambil tersenyum seakan ini hari cerah yang biasa dan Matt hanya sedang menyapa dengan ramah.

"Yeah, karena aku tidak bodoh!" seru Matt. Aku terkejut karena itu keluar dari mulutnya. "Apa-apaan? Kalian semua masih di bawah umur!"

Aku tertawa, diikuti Juliet, lalu Celline. Oh, sial, sekarang kami tampak seperti kumpulan cewek-cewek mabuk yang konyol. Karena aku pemilik kesadaran tertinggi saat ini, kupasang wajah serius, lalu bangkit dan berjalan ke depan Matt sambil mengabaikan kekehan kedua cewek itu yang belum berhenti.

"Kenapa?" Aku menyodorkan gelasku ke depan wajahnya. "Apa kau belum pernah minum sebelumnya? Apa kau tidak pernah menyentuh anggur seperti kau tidak pernah menyentuh bokong gadis sebelumnya?"

"Ashley, itu tidak sopan," tegur Juliet setelah dia menyemburkan tawa spontan yang singkat keras.

"Dan kau, Ashley." Matt menudingku dengan wajah merah padam. "Kupikir seharusnya kau tahu apa yang harus dan tidak harus dilakukan, mengingat kau paling tua di sini dan seharusnya kau tidak membiarkan Celline minum. Dia masih, kayak, lima belas—"

"Aku enam belas!" bantah Celline sambil mengangkat botol anggur tinggi-tinggi dengan bangga seakan itu adalah piala.

"—dan kau sendiri bahkan secara legal tidak diizinkan minum," lanjut Matt tanpa menghiraukan Celline. Dia berbicara tanpa jeda seakan sedang melakukan rap. "Tidak tanpa pengawasan, apalagi menghabiskan satu botol anggur dan lihat diri kalian. Lihat dirimu. Kalian semua berbau alkohol. Bagaimana jika Aunt Hannah mengetahui ini? Bagaimana jika ayah kalian lewat dan menemukan ini? Ashley, kau mati. Dan kau. Dan kau."

Tidak terima dirinya ditunjuk, Celline memandang Matt dengan kernyitan super dalam yang kucemaskan akan meninggalkan kerutan permanen di dahinya. "Pergilah, Matt! Kau menyebalkan!"

"Oh, setelah semua yang kulakukan untuk membantumu?"

Adegan aku dan Celline yang bertengkar mungkin sudah wajar di rumah ini. Atau aku dengan Matt, karena kami punya segudang alasan untuk melakukannya. Tapi tidak pernah terbersit sedikit pun di benakku bahwa Matt akan berdiri di depan Celline dan meneriakinya. Maksudku, secara teknis mereka memang sepupu, dan para sepupu pasti saling meneriaki, tapi aku bahkan jarang melihat mereka berbicara pada satu sama lain.

Tertarik dengan pemandangan ini serta penasaran apa yang akan terjadi, perlahan aku bersandar di salah satu rak kaca berisi ensiklopedia dan memerhatikan mereka sambil menyesap sedikit minuman.

"Yeah, karena Mom membayarmu!"

Oke, Celline memang agak keterlaluan. Aku jadi kasihan pada Matt yang wajahnya semakin merah karena malu, tapi kurasa bukan giliranku untuk ikut campur.

"Aku masih akan tetap membantumu. Dibayar atau tidak. Kau tahu kenapa? Karena aku menganggapmu sebagai sepupuku dan aku peduli. Aku menghormati Aunt Hannah seperti ibuku sendiri dan menyayangimu seperti adikku!"

Fortune Cookie (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang