-17-

2K 393 15
                                    

Sejujurnya aku tidak mengharapkan kehadirannya. Tidak sejak perdebatan konyol kami tadi di kamarku. Tapi setelah Matt berseru pada Justin, "Ini untuk Celline!" lalu menggandengku ke luar ruangan seperti induk ayam yang memandu anaknya, aku tidak mampu berpikir jernih.

Bahkan sampai kami tiba di depan halaman Justin, meninggalkan segala kehebohan di belakang kami, kemudian Jose berseru riang bahwa ia akan 'kabur' dengan Harry, cowok SMA yang pernah menciumnya, dengan motor terbesar yang pernah kulihat, pikiranku masih kosong. Bagai terhipnotis, aku menyerahkan kunci mobilku pada Matt, kemudian membiarkannya membimbingku ke kursi penumpang. Sesaat setelah Matt menempatkan diri di balik kemudi, dia menyalakan mesin dan mobil melaju cepat ke luar gerbang rumah Justin sambil menoleh ke luar jendela seakan menunggu sesuatu. Suara sirene polisilah yang akhirnya menyadarkanku.

Bahwa aku tidak pernah merasa setolol ini.

"Kurasa aku mabuk," kataku, menyandarkan punggung ke jok.

"Kau tidak kelihatan sedang mabuk," komentar Matt.

Dia benar. Segelas tequila rose tidak akan membuat mabuk. Semua karena aroma lavender dan musk serta sesuatu yang memberiku bayangan akan taman penuh bunga, yang lebih memberi efek lebih dahsyat dari minuman keras. Aku menyadari, ini adalah aroma Matt, dan mendadak terbersit di pikiranku untuk memeluknya agar dapat mencium baunya lebih puas.

"Apa yang terjadi?" tanyaku, masih terdengar kurang cerdas.

"Saat aku mengintai di depan tadi, aku melihat orang-orang membawa masuk beberapa krat bir—"

"Lalu kau memanggil polisi?" potongku sambil menegakkan punggung, memandangnya tidak percaya.

"Aku mendengar seseorang menelepon polisi—ternyata dia cowok yang pergi bersama temanmu itu. Lalu aku tahu hal yang tidak bagus akan terjadi. Jadi aku segera masuk untuk mencari kalian, dan melihat Justin dan selingkuhannya bermesraan secara terang-terangan."

Lampu-lampu jalanan yang cukup terang membuatku dapat melihat wajah Matt lebih jelas. Kedua matanya tertuju ke jalan, terlihat fokus walau tidak banyak mobil yang tampak lewat. Untuk ukuran Matt, dia tampak normal, sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa beberapa jam yang lalu dia baru saja kubentak.

"Tahu tidak, ternyata sebenarnya Celline-lah selingkuhan Justin," kataku, mencoba melupakan konflik tadi dan bersikap profesional. "Well, mungkin tidak benar-benar selingkuhan, karena Nikki Carson mengetahui itu semua. Tapi tampaknya dia tidak berani melakukan sesuatu untuk itu selain membenci Celline."

"Tentu saja, karena dia tidak bisa membuat Aunt Hannah tersinggung. Aunt Hannah punya posisi di mana-mana—secara resmi atau tidak—dan bisa dibilang dia berperan besar dalam karir Nikki Carson yang semakin bersinar," ujar Matt santai. Aku kembali bersandar, memikirkan bagaimana Hannah bisa saja menempatkan Celline di posisi Nikki dengan mudah. Tapi dia tidak melakukannya.

"Jadi karena itu Nikki Carson mengirim teror," gumamku.

"Oh, apa dasarmu menjatuhkan konklusi itu, Tukang Asumsi?" Matt menyeringai geli, tapi ada sorot penasaran yang serius di balik matanya saat melirikku.

Aku heran, dia lupa dengan insiden 'wanita penggoda' atau bagaimana sih?

"Mereka punya semacam geng bernama 'Black Petals'. Kurasa itu sudah cukup."

Matt mengangkat sebelah alisnya. Sialan, kenapa wajahnya terlihat semakin menarik? "Aku baru mendengar soal itu. Kedengarannya seperti nama geng motor payah."

"Yeah," kataku, tidak mampu menahan cengiran ketika membayangkan Nikki mengendarai motor sambil memakai gaun ketat. "Dan Celline pernah tergabung ke dalam geng motor payah itu."

Fortune Cookie (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang