Penghargaan makan malam keluarga tercanggung seharusnya diberikan pada kami. Keluarga Drowen.
Setelah mengumumkan dengan semangat bahwa kami harus makan malam bersama, Dad mencoba membuat salad, kentang panggang, dan pai beri-kemudian menyerah dan membiarkan Juliet mengurus sisanya. Kami duduk di meja makan besar lonjong dengan Dad di ujung, kemudian Hannah dan Celline di sisi kanannya, sementara aku dan Matt duduk di seberang mereka. Suasana hati Dad begitu baik sehingga dia memaksa Juliet dan Manuel ikut duduk dan makan bersama. Dia jelas tidak tahu soal pertengkaranku dan Celline tadi.
Rasanya aneh melihat kami semua duduk di meja yang sama.
Dad bahkan tidak menyadari bagaimana Celline menghindari tatapanku sepanjang waktu. Memerankan ayah yang baik, Dad bertanya bagaimana hari kami satu per satu, yang dimulai dariku dan kujawab dengan, "Well, kau sudah bertanya tadi."
"Baiklah," lanjutku setelah menerima tatapan menegur Dad, "semuanya berjalan sangat sempurna. Aku dapat kejutan besar, bahwa Celline ternyata ...."
Giliran Hannah yang memelototiku. Kubalas dengan senyuman miring.
".... punya selera jelek soal pria. Kau tahu Justin?"
"Si gembel yang pernah kemari?" Dad menaikkan sebelah alisnya.
"Dad!" rengek Celline. "Justin bukan gembel. Dan kau, Ashley, tidak punya hak untuk menghakiminya hanya karena cemburu."
"Yah, barangkali Justin bukan gembel. Mungkin dia hanya seorang psikopat yang-kenapa, Matt?" Aku melirik pria di sebelahku saat merasakan tendangan kecil di betis. "Kenapa kau menggoda kakiku? Tidak pantas melakukannya di meja makan keluarga."
Terbatuk, Matt buru-buru meraih gelas dan meneguk air putih banyak-banyak.
"Ini memalukan," decak Hannah, mengingatkanku pada ibu-ibu kaya yang siap melancarkan protes pada pelayan karena brokolinya disusun dengan arah salah. Mungkin karena rambut pirangnya yang digelung.
"Ah, ya, Matt," kata Dad buru-buru sambil berdeham, "bagaimana ... um, harimu?"
"Baik," jawab Matt, masih terbatuk. "Kecuali luka kecil di kepala yang disebabkan oleh orang gila tukang lempar cangkir."
"Oh, itu pasti sakit sekali. Dilempar cangkir," kataku dengan nada prihatin sambil menepuk plester di dahinya yang mengundang ringisan tertahan dari Matt.
Dad terlihat ingin menanyakan sesuatu, tapi akhirnya dia memutar kepalanya dan menatap Celline. Dia berdeham lagi. "Bagaimana minggumu, Celline Sayang?"
Garpu di tangan Celline mendadak berhenti bergerak dengan posisi tegak dan setengah terbenam di tumpukan salad. Cewek itu hanya menunduk seakan sedang berdoa pada mangkuknya, sama sekali tidak merespon pada semua pasang mata yang kini sedang tertuju padanya. Di sampingnya, Hannah terlihat berkonsentrasi mengunyah seakan sedang berusaha menganalisa senyawa apa yang terdapat dalam makanannya. Sementara Juliet, Manuel, dan Matt tampak berharap sekali berada di mana saja selain di meja ini. Kudengar Matt menggumamkan doa dengan tegang.
"Bisa tolong operkan botol mericanya?" pintaku pada Celline, memecah keheningan.
Bukannya melakukan apa yang kuminta, Celline malah memandangku dengan tatapan penuh permusuhan. Dia menyentakkan garpu, lalu berdiri dengan cepat hingga menimbulkan suara gesekan kaki kursi yang keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fortune Cookie (End)
ChickLit(CHICKLIT-MYSTERY-comedy) Rate: 16+ (kissing scene, bad words, adult jokes) Ada tiga hal yang harus diketahui setiap orang di dunia. Pertama, kepingin bekerja di kantoran di usia 18 bukan berarti kau bosan hidup. Kedua, Fortune Cookie tidak bisa mem...