Di ISH...
Saat ini kelas Huda sedang belajar di alam terbuka. Tepatnya di halaman belakang sekolah yang memiliki hamparan hutan yang cukup luas.
Pelajaran kali ini ialah Biologi. Mereka akan belajar tentang berbagai bentuk dan macam tumbuhan yang berada di sekitar area belakang sekolah.
"Baiklah, saya akan memberikan waktu selama 2 jam untuk mencari berbagai macam tumbuhan yang ada di sini." jelas Ibu guru Biologi.
"Saya pergi sebentar untuk rapat guru. Jangan ada yang pergi jauh-jauh!" lanjutnya.
Bu Guru Biologi pergi meninggalkan para murid. Sebagian dari mereka mulai berpencar dengan membentuk kelompok.
Salah satunya adalah Huda, Hanamura, Sten, Bella serta kedua siswi lain. Mereka mencari di sisi timur.
"Hmm... Aku melihat tanaman paku di sana." ucap siswi berambut cokelat panjang sambil menunjuk ke arah dalam hutan.
"Oke, kita menuju ke sana." sahut Huda.
Semuanya pun menganggukan kepala tanda setuju. Sten hanya tersenyum tipis. Ia bisa saja menggunakan kekuatan sihir tumbuhannya untuk mencari dengan mudah berbagai macam tanaman.
"Xixixi... Kali ini biar dengan cara manual saja." gumam Sten.
Semakin lama mereka semakin menelusuri hutan bagian dalam. Kedua siswi terlihat cemas.
"Ada apa Shion?" tanya Hanamura.
"Emm... Aku merasa kalau kita saat ini-"
"tersesat!" potong siswi lainnya.
"Ehh! Sungguh?" sahut Bella yang sedang mengamati daun putri malu.
Kedua siswi saling berpelukan. Rasa cemas semakin melanda.
"Lebih baik kita istirahat di sini dulu." usul Huda.
Ia sudah duduk menyandar di pohon rindang. Sten duduk di seberangnya.
"Hei kalian! Kenapa malah santai seperti itu?" kesal Bella. Ia menggembukan kedua pipi.
"Tapi apa yang di katakan oleh Tu- eh maksudku Huda ada benarnya." sahut Hanamura sambil membenarkan posisi kacamata.
Kedua siswi itu hanya pasrah. Mereka pun duduk saling bersebelahan.
Bella yang semakin kesal memutuskan untuk masuk ke dalam hutan. Ia tak memikirkan apa yang di hadapi di depannya nanti.
.
.
.
.Para Dewan ISH berkumpul di markas. Hito sudah duduk dengan tenang di bangku kebesaran miliknya.
Semau anggota Dewan atau keluarga Phenex telah duduk di bangku yang telah di sediakan. Sora terlihat sudah ikut berkumpul kembali.
"Maaf membuat kalian harus berkumpul mendadak di sini." kata Hito. Ia memperhatikan wajah satu persatu anggotanya.
"Hoamm... Langsung ke intinya saja," sahut Vino malas. Ia menidurkan kepala di atas meja.
Pletak!
Sebuah buku berhasil mendarat mulus di kepala Vino. Pria malas itu langsung terbangun.
Aura kemarahan terpancar jelas dari tubuh Hime. Kedua matanya melotot tajam ke arah Vino.
Vino yang ingin protes di urungkan. I tak mau wajah tampannya babak belur akibat kemarah dari si wanita salju.
"O-oke kita lanjutkan kembali." ucap Hito gugup.
Perona tersenyum tipis. "Horohoro... Ketua terlihat ketakutan." ujarnya meledek.
"Tadi malam saya merasakan ada hawa lemah entah dari siapa. Dan lokasinya berada di halaman belakang sekolah." kata Hito menghiraukan ledekan Perona.
"Bagaimana hasil penyelidikanmu, Nara dan Ken?" tanyanya.
Pria berambut kuncir hitam itu berdiri. Ia mulai mengutarakan hasil penyelidikannya.
"Saya sudah menyelidiki area belakang sekolah Ketua. Tetapi saya tidak bisa merasakan hawa dari orang itu." jelas Nara.
"Dari hasil yang kuperoleh. Saya juga tidak mendapatkan petunjuk apapun." sambung Ken. Pria bertubuh kecil yang fokus dengan laptopnya.
Chelsea mengangkat sebelah tangan. Hito pun mempersilahkan.
"Aku ingin mengajukan diri untuk menyelidiki ini bersama dengan Vino." usulnya.
"Hmm... Baik saya izinkan kalian." balas Hito tersenyum kecil.
"Ehh! Kenapa jadi bawa-bawa aku?" tanya Vino tak terima.
Aura kemarahan semakin terasa besar. Membuat suasana menjadi sesak.
"Jadi, kau tak menyelidiknya... Vi-no?" sahut Hime dalam mode marah. Di salah satu tangannya sudah mengeluarkan tombak es berukuran kecil tetapi memiliki efek yang besar.
Vino menelan ludah paksa. "Baiklah... Aku akan ikut." ujarnya pasrah.
"Bagus!" ucap Hime menyeringai kecil.
"Hahaha..." Sora tertawa. Ia sudah kembali seperti semula. Ia juga berjanji takkan mengulangi kesalahan yang dulu.
"Horohoro... Sora-chan, akhirnya tertawa juga." sahut Perona.
"Hehehe... Memang aku ini patung." balas Sora masih tertawa.
"Oke, pertemuan kali ini saya tutup. Semua bisa kembali ke rutinitas masing-masing." kata Hito.
Akhirnya pertemuan kali ini selesai. Chelsea dan Vino menuju ke halaman belakang kampus. Keduanya akan mencari hawa dari seseorang yang begitu lemah.
.
.
.
.Bella yang masih kesal pergi meninggalkan kerumunan. Dan ia berhenti di tengah hutan.
"Huh! Si Huda itu menyebalkan sekali sih!" umpat Bella.
Tanpa ia sadari dirinya semakin masuk ke dalam hutan dan mungkin saat ini ia tersesat.
Bella memilih duduk di atas tumpukan batu. Ia mengatur napasnya yang terbuang sia-sia.
"Emmm... Sekarang aku ada dimana ya?" tanyanya bingung.
Ia melihat sekeliling area. Hanya pohon-pohon besar yang menjulang tinggi sampai menutupi cahaya matahari. Membuat suasana di sekitarnya menjadi agak gelap.
"Sepertinya aku tersesat," ucap Bella pelan.
Tiba-tiba terdengar suara misterius.
Srek!
"Su-suara apa itu?" tanya Bella takut.
Ia berdiri mencari sumber suara tersebut. Di lirik ya arah kanan dan kiri.
Srek!
Suara itu semakin terdengar jelas. Dan sebuah semak-semak bergerak dengan sendiri ya.
Srek! Srek!
"A-aku takut..." ujarnya lirih.
Dan...
Srek! Srek! Srek!
Brak!
Bella terjatuh. Ia terkejut dengan pemandangan di depannya.
"To-tolong a-aku..."
"Kyahhh!"
Suara jeritan Bella terdengar sampai indera pendengaran Huda. Semua pun bergegas ke asal sumber suara namun tidak dengan kedua siswi yang tiba-tiba tertidur pulas.
.
.
.
.
.Apa yang terjadi dengan Bella?
Apakah Vino dan Chelsea mengetahui identitas dari hawa itu?
Bagaimana Huda dan lainnya?
Semua akan terjawab di chapter selanjutnya...
Hehe...
Selamat membaca!!!
(30/09/2018)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lucifer DxD
FantasySaya kembali lagi dengan cerita baru nih hehe... Cerita ini terinspirasi dari anime High School DxD. Tapi, saya tidak sampai mengcopy paste loh! . . . . . Seorang pemuda yang menutupi jati dirinya sebagai penerus keturunan dari Kaum Malaikat/Iblis y...