Bab 4

152 16 0
                                    

Di kediamannya ,dengan tiang sebesar pelukan orang dewasa. Si jelita biasa istirahat dikerumuni kehangatan tirai semerbak harum bunga. Mungkin tujuh rupa atau lebih dari selusin jenisnya.

Tetapi dengan gontai Si Bujang Godeg yang berotot kawat bertulang besi orang penguasa Dukuh Sri Gunung tertunduk dengan penolakan si cantik Dewi Komala Sari.

Penggalan hati yang dia punya sudah tertambat kepada Paman Riman Risangsang, seorang Ponggawa* padepokan Turonggo Budoyo Desa Mulyorejo yang berkiprah di dunia hiburan.

Suasana semakin ramai karena banyak berdatangan para penggemar kopi hitam kopi Pagar Alam, kopi bercita rasa tingggi. Kopi pegunungan banyak orang ketagihan bahkan kalau sudah minum kopi ini tidak mau lagi kopi yang lain. Bahkan rela berhenti kalau bukan kopi Pagar Alam dari Lereng Gunung Dempo.

Pengunjung semakin rapat barisan meja sudah hampir penuh, beberapa kali Mak Ronggeng Cungkring berlari kebelakang mengambil air yang sudah di panaskan untuk campuran Kopi kental .

Berkali-kali mengambil makanan pendamping kopi, seperti jadah* goreng, rengginang, ubi kayu goreng yang empuk dengan balutan tipis tepung terigu kering menutupi permukaan.

Mereka bersenda gurau,ada Ki Bagus Kuning dari Dukuh Plaju,Ki Talang Siku, Ki Pinang Banjar dan Ki Pertamin,dari Dukuh Sungai Lilin dan Ki Langkan,Ki Lubuk Saung dari Pangkalan Balai ,Ki Perempatan Juragan Sawung * dari Mulyorejo dan beberapa tokoh hebat dari semua penjuru Dukuh wilayah pinggiran Sungai Lilin.

''Brraaaaak!!!!''

Meja kayu menggris berbentuk unik, pecah terbelah ,serat nya lurus menunjuk ke atas. Berlompatan para tokoh menghambur keluar halaman kedai Mak Ronggeng  Cungkring, mereka semua saling berpandangan.

---

*Ponggawa : Ketua

*Jadah : nasi ketan ,ditumbuk dicampur parutan kelapa muda

*Sawung :  ayam

Sang Pengembara Riman Risangsang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang