Bab 9

76 14 0
                                    

Orang tidur sungguh unik suaranya,kadang pelan ,kadang keras,kadang pelan lagi,kadang keras ,keras,keras,lirih,lirih,lirih.liiiiriiiiih,liiiiiriiiiih.nyaris tak terdengar.bagaikan iringan musik gratis,akan terdengar ngiiiiik,prrrruuoooohhhh.nggiiiik..puuuuuuh....nggiiiiikk..ggkgkgkgkgkgkgk..ngggiiiiik pooooooh....gkgkgkkkkgkgk...
akhirnya tersedak..huuaaaaaaakkkkk...
juooooh...!!!

Tiba -tiba..
Wwuuuuussss..!!!!!!

Ular sebesar Pohon Kelapa Berdiri di hadapan-nya,Mulutnya me-nganga,dengan lidah menjulur panjang warna merah, air liurnya me-netes-netes keluar dari gigi-ginya yang tajam dan panjang.

Riman risangsang Hampir seluruh Badan-nya basah,banjir keringat serasa menempuh perjalanan jauh,yang melelahkan.

Riman Risangsang merasakan seluruh persendi-an,seperti mau lepas.

Badan gemetaran,tangan-nya tak bisa bergerak,mulutnya menga-nga,rasa tak percaya antara sadar dan tidak,dipejamkan mata,lalu buka kembali,tapi Ular sebesar pohon Kelapa masih berdiri tegak di depan-nya

"Wuah ini bukan mimpi,ini beneran!!!!????"
??masa siii???
Udah jaman kayak gini masih ada ular segitu besarnya.????

.???aaah...!!!boong !!!
ini pasti boong???!!!

Dipejamkan lagi matanya,sambil komat-kamit berdo'a,berharap ini hanya pura-pura,boong ini pasti boong diulangi lagi kata kata tadi,di buka matanya pelan-pelan dan...
"Ggggrrrrrr!!!,"
"loooo!!!!???? "

Hampir mau copot jantungnya,ternyata apa yang di bayangkan jauh dari kenyataan,''Ular Sebesar pohon kelapa entah jenis ular apa,mungkin ular sawa,atau Cobra kali ya apa mungkin ular Paul,atau apa saja namanya yang jelas otaknya buntu susah mikir,masih berdiri tegap di depan matanya.

Kulitnya berlumut ke hijaun,kotor berlumpur,ber-sisik sebesar tutup gelas ,bau anyir membikin perut mau muntah,Tanpa sadar tanganya menarik Parang yang diselipkan di pinggang.

''Cliiiing!!!..antara rasa bersalah dan memaki diri sendiri,Riman Risangsang perlahan-lahan tangan-nya menarik Parang panjang,tapi dengan suara tadi justru membuat ular yang sebesar pohon kelapa di depan-nya menatap dengan Tajam penuh kemarahan,Matanya memerah kaya Darah.

Sang Pengembara Riman Risangsang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang