Bab 29

22 4 0
                                    

Di tepi Anak-an Sungai Musi,Sang Pengembara Riman risangsang ber istirahat ,nampak di bagian seberang Sungai nampak beberapa orang menggiring gayung kayu sambil melempar jaring,dan ikan besarpun terjaring berkecipak di dalam perahu .

Nampak sekali kebahagiaan tergambar dari raut muka Seberanak antara orang tua dan anak,bersama -sama dengan gembira memanen ikan ,sungguh kaya wilayah Kerajaan Sriwijaya,semua serba melimpah,di darat dan di perairan.

Riman Risangsang mengangguk hormat melihat mereka bergembira, sambil melambaikan tangan-nya,tangan-nya sibuk mencari ranting kering untuk membuat perapian.

Sementara api sudah membakar ranting kering ,bahkan sudah ada yang menjadi abu yang di dalamnya berwarna merah membara,sementara asap putih membumbung tinggi ke angkasa raya,berkumpul dengan mega-mega di atas sana.

Berkumpul bertemu teman lama ki Babat supat,Ki Seratus Lapan,ki Tanjung kerang dan ki Tenggulang,sangat menyenangkan,disamping bisa berbagi makanan,juga sambil mencoba rokok daun Nipah,yang membuat gelagapan.

Sebenarnya tidak enak,tapi bagi penggemar berat menelan asap sangatlah nikmat,bahkan mereka rela ber payah-payah,giginya menguning kena asap,bahkan bibirnya tersengat bara api yang di isap,walaupun kadang-kadang mengumpat,sambil matanya merah kepedihan kena asap pecandu rokok daun nipah.

Setelah puas bercanda,mereka melanjutkan perjalanan,ditinggalkan Riman risangsang sendirian, ki Babat supat dan kawan-kawan mereka baru dari ibukota,membawa kereta kuda untuk membawa bahan makanan maupun dagangan yang akan diperdagangkan.

Kembali sendiri di tepian anak sungai musi,pikiranya menerawang,Gagak rimang kuda tunggangan yang setia,sedang memilih rumput segar,hari sudah mulai panas,dilanjutkan dengan acara makan siang,di buka-nya perbekalan yang tadi pagi di serahkan oleh Dewi bentayasari,yang nampak kikuk dengan muka merah menunduk.

Betapa terkejut,di sela-sela susunan lauk makan siang ,ada berbaris lembar kulit kayu diikat cantik dengan kulit daun Waru ,bertengger diantara tumpukan daun pisang.

Dengan gemetar di buka Lembaran kulit kayu itu,isinya secarik lembaran kulit kayu ber aroma harum mewangi seperti bunga melati baunya semerbak hingga nalar yang paling tinggi.

Rasa penasaran pada diri sang pemuda,bergegas di buka lembaran kulit kayu tadi.
.
.
.
.
.
.

Untukmu Pujaanku kakang Riman Risangsang

di manapun berada.







Sang Pengembara Riman Risangsang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang