Bab 20

33 6 0
                                    

Rumah bentuk limasan dengan ruang tamu lebar ditengah,tiang penyangga sebesar pelukan orang dewasa,berjejer dibawah lantai rumah.

Dihalaman teras depan, dua orang duduk ber hadap-hadapan ,kedua nya Nampak gagah ,yang berbaju hitam memakai  ikat kepala motif batik  bertengger dengan apik,membalut rambut kepala panjang sebahu  di-ikat rapi menghiasi wajahnya yang tampan,bermuka ramah,cerah ,dan menawan.

Di -hadapan-nya bermuka gagah dengan usia lebih tua,tetapi baju komprang-nya menjadikan ia Nampak berwibawa.menikmati kopi di waktu pagi.

Mereka bercengkerama sambil menikmati mpe-mpe panggang,adalah tepung yang di campur gilingan daging ikan dibentuk menjadi adonan,bumbu gurih dan di balut dengan daun pisang,dipanaskan tetapi tidak tersentuh api,dengan kata lain di panggang,maka aroma harum membuat perut keroncongan.

Ada lagi irisan lemang,yang terbuat dari nasi ketan,di adon dengan air garam dan sedikit tumisan bawang dimasukan dalam bambu  panjang di bakar dengan sekam atau arang,kalau sudah matang terasa aroma nasi ketan di makan bersama-an ikan gabus goreng pedas atau ikan gabus brengkes pedas,kalau orang makan akan ketagihan.itu semua kuliner sumatera selatan.

Selembar kertas yang berlogo Tuan Raja muda Sriwijaya,mengingatkan bahwa ada kelompok orang yang mengganggu di wilayahnya,diharapkan untuk semua ponggawa atau seluruh kriyo di sumatera selatan agar ikut berpartisipasi memberantas gerombolan perampok yang mengganggu ketenangan warga,di wilayahnya masing-masing.

“ ini nggak bisa dibiarkan,!!!’’kata Riman Risangsang geram.setelah membaca kertas bergulung yang dibawa utusan raja Palembang.

“iya,saudaraku,makanya kebetulan dinda kemari,karena kakanda mau membicarakan ke ada-an ini,sehingga kita bisa ber sama –sama memberantas para penyebab huru-hara,
“iya kakanda lurah,saya mengerti,??kemarin  kriyo  Anwar Jenun dari Sri gunung juga mengutarakan hal yang sama,juga sudah terima surat dari sang raja muda Sriwijaya,tentang gerombolan perampok yang meresahkan warga.

Selesai menyantap sarapan pagi,Riman risangsang berjalan ke belakang,Sekumpulan kuda tunggangan berjejer makan rumput di kandang,kuda hitam si gagak rimang,di kurung diantara yang paling ujung,di bersihkan pelana yang terbuat dari kulit sapi,terbaring di tepi  palang kandang.nampak mengkilat kala ia bersihkan,hiasan mata yang terbuat dari timah  menjuntai indah meng-gantung di tiap pinggiran pelana kuda.

Selesai menggosok pelana, berpindah ke punggung kuda,di elusnya  dengan perlahan, sambil menggenggam sikat berbulu rapat,menyisir kepala ,leher dan punggung,merambat kebagian dada juga perut,kuda hitam si gagak rimang,biasa ia memanggil dengan sayang,

Di sudut kamar yang paling belakang,ber jejer kamar-kamar lapang ,ditempati anggota keluarga Kriyo atau Lurah Bentayan, sepasang mata nan indah mengawasi tanpa berkedip sambil menyisir rambutnya yang panjang,hitam berkilau sebatas pinggang,kulitnya yang putih,halus potongan tubuh semampai dengan buah dada menggantung indah,sempurna.di balut baju lembut tenun khas sumatera selatan.

Se-sekali napasnya di sentak-kan,seperti memendam ,pipi memerah ranum,kulit putih ,kelihatan gurat kehijauan di jemari tangan,berbaris bulu halus menghiasi jemarinya yang lentik.
Dewi Bentayasari anak kriyo atau lurah Bentayan,sedang menuju kedewasaan,sesekali mengintai sang puja-an Riman risangsang,tetapi si jaka Ganteng tidak mengerti kalau ada panah asmara yang siap menembus jantungnya.

Dalam hal ini entah siapa yang salah atau yang benar,karena manusia penuh dengan etika,aturan agama,yang harus di taati-nya.

Sang Pengembara Riman Risangsang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang