Bab 25

22 4 0
                                    

Setelah sepertiga malam,ceritapun sudah semua di mainkan,lawakan sudah semua dituangkan maka panggung hiburan di hentikan,dan semua pengunjung puas dan Senang.

Panggung hiburan,kembali sunyi,mereka kerumah masing - masing sambil bernyanyi-nyanyi,kadang terdengar gelak tawa bersama menirukan, Seperti tadi waktu para pemain yang menyajikan lawakan-nya.

Para petugas desa sudah selesai membersihkan peralatanya,para niaga beserta pemain * Dul muluk * sudah berkemas masuk ke- *bilik untuk ber- istirahat,para wanita yang sibuk di dapur juga sudah mematikan lampu dan bara api di tempatnya.

*Dul muluk (pentas drama tradisional khas Palembang) Tari-tarian seperti Gending*
*bilik atau kamar.

**00**

Malam kian merambat,semua warga di balik kamarnya mendekap erat selimut beserta mimpi-mimpinya,tapi tidak bagi Dewi bentayasari,malam serasa sepi,ingin cepat berjumpa pagi,mengantar kopi panas dan melihat senyum yang mengembang dari sang pujaan hatinya Riman risangsang.

Masih lekat di hatinya,betapa bahagia,bercanda dan tertawa bersama,betapa hidung itu seperti gunung kecil,mancung di hiasi bibir merah dengan dagu berbelah tengah,senyum yang menawan bersama deretan gigi putih berbaris rapi,warna dagu putih ke hijauan karena cukuran pisau tajam,rambut hitam tebal di ikat kain kepala Nampak semakin gagah.

Betapa lembut dan harum tubuhnya,ketika tak sengaja memukul dan men-cubiti-nya ketika melihat lawakan yang membuat geram, dan spontan tangan-nya melayang,di badan sang puja-an,sedang suka citanya lamunan terdengar ada yang jatuh di ruang depan,sampai-sampai sang dewi Bentayasari,bulu kuduknya berdiri,maka ditariknya selimut untuk menutupi dirinya,sambil dipaksakan matanya terpejam.

__00__

Penyihir jahat menyeringai,rambut nya yang panjang tergerai sampai di pangkuan.

Badan yang kurus kering terbungkus jubah hitam menjuntai sampai tanah,dia adalah si Nenek Dawas yang hidup di kawasan Pinggiran Sungai Dato,kesenangan dirinya mengguna-guna sampai menyihir orang siapa saja

Yang jadi sasaran atau karena tidak senang bahkan rela mengerjakan karena adanya pesanan,atau lebih extrim-nya menerima bayaran.

Malam itu tat kala semua tidur,ada kelelawar berbulu hitam,ber putar-putar di atas rumah kriyo atau lurah Taswin di Bentayan,kejadian ini tak luput dari perhatian seorang jejaka muda yang tak lain adalah si Riman risangsang,matanya terpejam duduk bersila memasang mata bhatin-nya.

Nampak gerakan tak kasat mata,berbentuk manusia tapi tidak utuh wujudnya,gigi bertaring berbulu lebat,mata belor telinga panjang,bermuka mirip kelelawar,punya sayap sehingga mampu terbang.

Ternyata mahluk jejadian ini adalah kiriman dari seseorang yang tak lain adalah nenek Dawas dari kawasan pinggiran sungai dato,yang sering menetap di perbukitan Berlian jaya,dan suka bikin onar warga.

Sang Pengembara Riman Risangsang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang