Sang Pengembara Riman Risangsang

Bab 13

Mereka masih saling serang ,saling tikam mana yang lengah akan kena duluan,ber kali-kali ular sebesar pohon kelapa mengibaskan kepala sambil menyerang tapi selalu dapat di elak-kan dengan mudah oleh Riman risangsang.

Keringat sudah membasahi seluruh tubuh,tapi dengan demikian maka Riman risangsang badan-nya jadi semakin ringan,

Bagai mana mungkin serangan ular sebesar pohon kelapa mudah terbaca serangan-nya,ya iya lah,karena Cuma itu-itu aja,apalagi ditambah badan yang kebesaran maka serangan yang di lancarkan mudah di tebak.

Maka begitu ada kesempatan,sambil ber-putar mengeluarkan ke ahlian salto belakang Riman risangsang melancarkan tinju -nya dengan sekuat tenaga tepat kena di mata ular sebesar pohon kelapa,tentu saja jerit kesakitan terdengar memilukan.

''akhggggrrrrrrrrrrr...!!!!!!''
Inilah tinju Guntur geni,siapa-pun yang kena akan menderita sakit yang amat sangat,apa lagi dengan sekuat tenaga,menonjok-kan tangan-nya,rasa perih dan pegal di mata Ular yang sebesar pohon kelapa.

Bisa anda bayangkan betapa sakitnya,kalau kita kelilipan debu aja,udah nangis kebingungan,apa lagi ini di tonjok !! eh nonjoknya di mata pula,..huuuuuuuu!!!..

Ber ulang -ulang ,kepala si ular yang se besar pohon kelapa,di- kibaskan,ke kiri dan ke kanan, karena kesakitan antara pegal dan rasa seperti kelilipan,meng-ganjal di mata,sungguh luar biasa,sambil ngumpat ia berkata ,''kalau nonjok ya,jangan di mata brooooo...!!!!..brooooo.!!!!!..sini loo..!!!! di punggung aja????yang gemuk kan enaaaak...????? Kaya pijit-pijitan!!!!

Tapi semua tidak terjadi ,teriakan melengking kesakitan ,memekak-kan telinga di-iringi dengusan kemarahan meronta-ronta,dengan dendam semakin membara,membakar jiwa yang luka,kembali di -kibaskan kepalanya yang sebesar pohon kelapa.

Mata merah laksana darah,dengusan napas semakin menggelegar memenuhi suara di hutan,gigi gemeretak jari mencengkeram rasa marah terlampiaskan,batu,kayu,semua beterbangan di lemparkan dengan sembarangan.