Bab 37

18 4 0
                                    

Riman risangsang masih menyusuri jalan di Ibu kota,lalu lalang para pedagang dan para pelancong termasuk dirinya,memenuhi keramaian hari yang cerah.

Tiba tiba ada suara gaduh di ujung jalan yang berpagar lurus kanan kiri tembok tinggi berseliweran orang orang pendatang merapat berdiri berhadapan.

Di tengah jalan Kuda berhias berjalan pelan-pelan,warnanya hitam berhiasan warna ke-emasan,gemerincing suara hiasan dan ringkik kuda tunggangan.

Diatas Kuda berhias seseorang bertampang garang,berbaju kerajaan dengan pedang panjang di pinggang,juga lempengan besi baja menutupi dadanya yang bidang,

Diiringi puluhan prajurit berbaris empat-empat,berseragam seperti mau perang,dengan dentuman bunyi-bunyian menggetarkan.

Rupanya sang Raja Sriwijaya menjalankan kirab,berjalan jalan mengitari wilayah kerajaan,sambil menikmati hari yang indah lingkungan Ibukota.

Disamping sekumpulan prajurit berseragam,di belakang menyusul para dayang dan iring-iringan keluarga dekat kerajaan.

Riman risangsang berdiri tegak mengangguk hormat,ditepi jalan,dengan gagahnya para prajurit lewat sambil ber jalan tegap.memanggul tombak,memeluk erat pelindung badan berbentuk segi empat.

Sekumpulan Gajah dengan penunggang di kepala dekat telinga,berhias gemerlap mengiring paduka Raja Sriwijaya,Nampak Gagah di mata.

Menyusul Paduka raja di Kereta Kencana Melambaikan tangan ,kepada semua rakyat yang menganggguk hormat atas kedatangan-nya bergelora suara menggema meng-elukan paduka raja suara menggema dinding batu di tepi jalan kanan kiri.

Mengiring di belakang Permaisuri dan sang putri raja duduk dengan Anggun di singgasana berparas elok cantik jelita.

Riman risangsang terpana,jantung berdetak ,badan kaku seperti tersengat sesuatu,tanpa berkedip memandang paras sang putri.

Hingga terasa ada yang memandangnya,sang putripun tersengat terasa seperti aliran darahnya berhenti,hanya mata yang indah bulat tak berkedip melihat sang pemuda tampan yang gagah perkasa.

Senyum memikat dari bibir nan merah merekah,bergoyang goyang anting di telinganya,sambil melambaikan tangan secepat kilat tangan di kibaskan ,seperti anak panah lepas dari busurnya,terbang tiba-tiba .

Tanpa mengelak Riman risangsang melihat tusuk rambut emas berbentuk bunga yang ujungnya lurus menjulang kuat menusuk kain perbekalan di punggungnya.

Langsung di dekapnya dengan suka cita,jiwanya serasa melayang,dadanya seperti berguncang,lemas tak bertenaga,di matanya hanya terlihat senyum putri jelita yang tak mau pergi dari hatinya.

Serasa dunia tak tercela,semua indah di pandang mata,hingga pada akhir baris pengiring sang Raja Sriwijaya sudah berlalu melewatinya,Sang pemuda masih terpaku di sana seperti menikmati mimpi indahnya.

Di matanya sekarang jauh berbeda,serasa bergembira,mata berbinar melihat semua orang,senyum merekah penuh sambutan,rasanya tidak ada satupun di matanya bersedih memeluk pilu,yang ada hati gembira,semuanya indah di pandang mata,apa lagi sang putri jelita ber-main-main di sana.

Sang Pengembara Riman Risangsang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang