Bab 40

25 2 0
                                    

Di Tengah lapang sang Raja Sriwijaya mengikuti acara demi acara sebuah tontonan yang menampilkan kedigdayaan dan kesaktian termasuk juga keterampilan mengolah badan.

Dalam mengadu kedigdayaan dan kesaktian juga kepintaran dalam ilmu bela diri di bagi dalam dua bagian,yaitu bagian kanan dan bagian kiri,bila salah satu ada yang tumbang maka akan di susul oleh peserta selanjutnya,menggantikan yang tumbang.

Maka disini siapa yang kuat dan tetap berdiri itu yang akan menjadi pemenangnya,dan semua peserta harus mengikuti aturan apabila waktu datang petang maka pertandingan harus dihentikan karena untuk beristirahat malam.

Dan ketentuan ini wajib ditaati oleh peserta pertandingan, tanpa kecuali dan siapapun itu orangnya artinya aturan itu berlaku untuk semua peserta.

Berdasarkan kesepakatan bersama maka peserta masuk dibagi dua bagian.seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.kemudian diundi bersama supaya tidak terjadi kecemburuan dan perselisihan karena semua mau bertanding duluan.

Ternyata yang pertama sekali bertanding adalah Raden Gandus putra Kertapati melawan ki Sako dari perguruan bela diri wilayah ibukota bagian utara.

Dan keduanya sudah di kenal akan kedigdayaanya,di saentora ibukota karena kesaktian dan kepintaran dalam ilmu bela diri.

Sudah lima jurus Raden Gandus putra kertapati meliuk dan menyabetkan pedang ,tetapi dengan gesit ki sako dari perguruan ibukota bagian utara masih bisa menghindar laksana penari mengibas selendang.

Raden gandus melancarkan pukulan Belut menyerang di lumpur,dibalas dengan tendangan Jurus Ular berenang di Rawa oleh ki Sako dari perguruan ibukota bagian utara,dari keduanya nampaknya seimbang kedigdaya-an yang dimilikinya.

Sudah sepuluh jurus dikeluarkan,Raden Gandus putra Kertapati melancarkan pedang,selalu ter-elak-an,bahkan sapuan-demi sapuan mengiring beberapa senti dari tubuhnya,dilancarkan Patukan Elang Mencakar Tanah Merah andalan-nya,dengan geram mencabik lengan ki Sako,bagai tersengat kelabang hitam menjerit keluar dari palagan.

Itu artinya ki Sako harus menerima kekalahan karena keluar dari arena pertandingan,tanpa aba-aba langsung melompat bagai burung terbang,ki Jaka Baring berdiri tegak di tengah lapang untuk mengikuti pertandingan.

Dengan Garang ki Jaka baring mengisi posisi di sebelah kanan,tanpa sepatah kata tegur sapa,Raden Gandus putra Kertapati menyerang dengan kecepatan tinggi,kaki yang kuat menyapu pada pergelangan ki Jaka baring,tak ayal lagi iapun jatuh terjengkang,kelihatan matanya jelalatan belum siap mengikuti pertandingan.

Namun ini di panggung semua bisa kelihatan,dengan rakus di pukulkan keras dengan kepalan tangan-nya Raden gandus puas tiada terkira ,ki Jaka Baring kembali menjerit menekan kepalanya yang kesakitan sehingga tersungkur keluar lapangan.

Para penonton semakin riuh,ber sorak -sorak kegirangan,memberi ucapan selamat kepada pemenang,membuat Raden Gandus putra Kertapati semakin berkacak pinggang,dengan keras namanya di elu-elukan.

Sudah dua pendekar tumbang,oleh Raden Gandus putra kertapati yang terkenal di daerah kapitan,rasa gembira dan bangga me layang-layang membuat ia semakin merasa tak tertandingi kedigdayaan-nya dalam bela diri.

Sedangkan para penonton banyak yang meramalkan kalau Raden Gandus putra Kertapati ini yang akan bertahan untuk menjadi orang terkenal melawan para jawara di wilayah ibu kota bersanding dengan paduka raja Sriwijaya.

Karena sudah dua kali pertarungan tetapi Raden Gandus putra Kertapati yang selalu memenangkan pertandingan,bahkan kedua musuhnya bisa dirobohkan dengan keluar dari arena dengan kesakitan.

Artinya bagian kiri memenangkan pertandingan,sementara sudah dua orang tumbang,tanpa perlawanan.

Riman risangsang Geram,melihat cara pertandingan dari Raden Gandus putra kertapati,apalagi dengan tingkah yang yang melecehkan harga diri.karena seorang Satria tidak boleh meludah pada musuh-musuhnya,apalagi ketika ia sedang tak berdaya,dan itu dilakukan olehnya dengan kesombongan-nya.

Diayunkan langkah kakinya,menapaki tangga,mengangguk hormat kepada raja,dan semua yang ada di arena,Riman risangsang tersenyum menyapa .

Semua yang hadir termasuk baginda raja yang mulia Sriwijaya,dengan seksama memperhatikan-nya,dalam hati kagum atas ketampanan anak muda yang berpenampilan sederhana,namun penuh wibawa,dengan ikat kepala sebagai penutup kepalanya,kulit bersih dada bidang dengan gagahnya.

Tanpa aba -aba Raden Gandus putra Kertapati menyerang begitu saja,dengan mudah serangan yang mudah di baca bisa di -elak-kan-nya oleh Riman risangsang.

Wajahnya memerah menahan amarah ia jadi ingat waktu di penginapan Kapitan,orang ini yang telah membuat ia malu,karena serangan-nya tak pernah bertemu,bahkan dengan mudahnya menghindar membuat hatinya semakin berdebar.

Tapi raden Gandus putra kertapati terus bertubi-tubi menyerang dengan jurus Gayung membelah Banyu,tetap saja Riman risangsang masih berdiri kokoh di tempatnya membuat ia semakin meradang .

Rupanya tidak ada apa-apanya,semua jurus sudah dikerahkan semuanya,menyentuh kulitpun tidak apa lagi mengenai kepalanya,"sungguh orang ini luar biasa,"tapi itu hanya kata hatinya,tingkah polahnya yang sudah penuh dengan kesombongan dirinya tidak mau berhenti sampai disitu saja.

Sang Pengembara Riman Risangsang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang