Bab 11

65 15 0
                                    


Giginya berbaris laksana pedang yang sangat tajam ,air liur keluar dari sela-sela giginya yang runcing,menetes di kaki Riman risangsang,rasa dingin dan jijik menjalar di kaki ,lengket,''iiihh,!!!!!''.......

Degup jantungnya semakin kencang antara jijik dan takut,bercampur menjadi satu,lemas,napasnya sesak,rasanya berat menggumpal di dada,Ya Ampun??? kenapa aku begini????Sambil terus menatap ke arah Ular,dan ternyata saling tatap antara Riman Risangsang dengan Ular yang sebesar pohon kelapa,membuat tegang suasana,tanpa berkedip-tak ada yang bergerak,mata bertemu mata,

Pohon tak ada yang bergoyang ,semua hening seperti tidak ada kehidupan,belalang ,kupu-kupu,lalat,burung,tupai,sampai ikan kecil yang di tepi rawa.

Tak ada yang mampu ber-gerak,semua diam,semua berpegangan pada ranting,pada pohon,pada daun, pada apa saja.

Matahari yang tadi begitu terang,sekarang redup malu,bersembunyi di awan,sehingga suasana teduh menutupi Kepala Ular yang sebesar Pohon Kelapa.

Angin berhenti berlari,tinggal semilir lembut mengiringi, langkah Riman Risangsang perlahan mundur,baru dua langkah,secepat kilat Kepala ular yang besar itu sudah menyungkur ke-a rah Riman risangsang.

Dengan kekuatan yang ada di pukul-kan tangan-nya ke-arah bola mata Ular yang sebesar pohon kelapa.

''Buuuuugghhh!!!!......
''Agkhhhhhrrrrrr!!!!..

Terdengar jeritan melengking memecah ke-sunyian,dikibaskan kepalanya ke kiri-dan ke-kanan,air liur dan lumpur beterbangan ke sana ke mari,menimbulkan suara keras,seperti jatuhnya batu sebesar kepala ke dalam rawa,''byuuurrr!!!!muncrat ke mana-mana.

Kelihatan dari gerakan tubuhnya si ular sebesar pohon kelapa,kesakitan luar biasa,meraung-raung,menjerit-jerit,tak sewajarnya,mungkin kalau kita tau cara dia berbicara sambil mengumpat,apa saja.

Sang Pengembara Riman Risangsang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang