Bab 24

20 4 0
                                    

Betapa rasa kikuk dan malu apalagi di paksa sama ayahanda sendiri yang menduduk-kan dirinya di sebelah riman risangsang,berkali kali tertunduk,tapi karena pertunjuk-kan di panggung terbuka di depan kantor desa yang membuat tergelak,sehingga pecah suasana,rasa kikuk dan malu lama -lama menghilang juga.

Sesekali semua yang datang,tergelak-gelak,melihat kelucuan dari pemain *Dul-Muluk *ternama,yang pandai membuat orang tertawa terpingkal-pingkal.hingga serasa mulutnya pegal-pegal,semua warga serasa senang dapat hiburan.

Banyak sekali yang datang para tokoh dan kriyo dari tetangga desa,seperti Kriyo Anwar jenun dari Sri gunung, Kridohanggo dari mulyorejo,Ki Bagus Kuning dari Plaju,Ki Lubuk Saung ,Ki Langkan dari Pangkalan Balai,Ki Warak blangah dari dawas,Ki Talang Siku dari Kluwang,dan Ki Pertamin dari Sungai lilin.

Berkali-kali Kriyo atau ki Lurah Taswin dari Dukuh Bentayan mempersilahkan hidangan,kopi panas beserta cemilan sebagai hidangan kepada para tamu kehormatan,para sinoman yang sudah di tunjuk selalu siap mengantar makanan bila diperlukan.

Dewi Bentayasari terlupa Hingga sering tanpa sengaja,tangan mungilnya memukul dan mencubit punggung bahkan pinggang sekenanya,hingga pecah suasana atas kelucuan di panggung terbuka,disebelahnya Riman risangsang hanya bisa mengaduh senang,entah kenapa ia merasakan cubitan sayang.

Sebenarnya ia telah menjadi bulan-bulanan Tangan mungil berkulit putih,yang Tuan-nya ketawa lepas menonton panggung hiburan,sedangkan diapun demikian tergelak gelak tertawa sampai keluar air mata,memuji sungguh pintar si pemain kawakan me-mentaskan hiburan.

Hingga pada setengah perjalanan malam panggung hiburan dihentikan,semua senang atas pesta desa hari itu yang telah mengadakan panggung hiburan,kembali sunyi,kerumah masing masing sambil bernyanyi-nyanyi,kadang terdengar gelak tawa bersama menirukan para pemain yang menyajikan lawakan-nya.

Para petugas desa sudah selesai membersihkan peralatanya,para niaga beserta pemain * Dul muluk * sudah berkemas masuk ke- *bilik untuk ber- istirahat,para wanita yang sibuk di dapur juga sudah mematikan lampu dan bara api di tempatnya.
---00---

*Dul muluk (pentas drama tradisional khas Palembang) Tari-tarian seperti Gending*
*bilik atau kamar.

------00--------
Malam kian merambat,semua warga di balik kamarnya mendekap erat selimut beserta mimpi-mimpinya,tapi tidak bagi Dewi bentayasari,malam serasa sepi,ingin cepat berjumpa pagi,mengantar kopi panas dan melihat senyum yang mengembang dari sang pujaan hatinya Riman risangsang.

Masih lekat di hatinya,betapa bahagia,bercanda dan tertawa bersama,betapa hidung itu seperti gunung kecil,mancung di hiasi bibir merah dengan dagu berbelah tengah,senyum yang menawan bersama deretan gigi putih berbaris rapi,warna dagu putih ke hijauan karena cukuran pisau tajam,rambut hitam tebal di ikat kain kepala Nampak semakin gagah.

Betapa lembut dan harum tubuhnya,ketika tak sengaja memukul dan men-cubiti-nya ketika melihat lawakan yang membuat geram, dan spontan tangan-nya melayang,di badan sang puja-an.

Sang Pengembara Riman Risangsang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang