Bab 21

24 5 0
                                    

Sri berarti "bercahaya" atau "gemilang", dan wijaya berarti "kemenangan" atau "kejayaan",  maka nama Sriwijaya bermakna "kemenangan yang gilang-gemilang".

Belum banyak bukti fisik mengenai Sriwijaya yang dapat ditemukan Tidak terdapat catatan lebih lanjut mengenai Sriwijaya dalam sejarah Indonesia, masa lalunya yang terlupakan dibentuk kembali oleh sarjana asing.

Tidak ada orang Indonesia modern yang mendengar mengenai Sriwijaya sampai tahun 1920-an, ketika sarjana Perancis  George Coedes mempublikasikan penemuannya dalam surat kabar berbahasa Belanda  dan Indonesia.

Coedès menyatakan bahwa referensi Tiongkok terhadap "San-fo-ts'i", sebelumnya dibaca "Sribhoja", dan beberapa prasasti dalam Melayu kuno  merujuk pada kekaisaran yang sama.

Prasasti Talang Tuwo,ditemukan di Bukit Seguntang bercerita tentang dibangunnya taman Śrīksetra.

Historiografi Sriwijaya diperoleh dan disusun dari dua macam sumber utama; catatan sejarah Tiongkok dan sejumlah prasasti batu Asia Tenggara yang telah ditemukan dan diterjemahkan.

Catatan perjalanan bhiksu peziarah I Ching sangat penting, terutama dalam menjelaskan kondisi Sriwijaya ketika ia mengunjungi kerajaan itu selama 6 bulan pada tahun 671.

Sekumpulan prasasti siddhayatra abad ke-7 yang ditemukan di Palembang dan Pulau Bangka juga merupakan sumber sejarah primer yang penting.

Di samping itu, kabar-kabar regional yang beberapa mungkin mendekati kisah legenda, seperti  Kisah mengenai Maharaja Javaka dan Raja Khmer juga memberikan sekilas keterangan.

Selain itu, beberapa catatan musafir India dan Arab juga menjelaskan secara samar-samar mengenai kekayaan raja Zabag yang menakjubkan.

Sang Pengembara Riman Risangsang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang