Bab 35

28 3 0
                                    


Sebuah pergulatan  mistis yang tidak semua orang mampu melakukan-nya,apa lagi benda tanpa nyawa bergerak dan bergelut begitu lama di udara.

Dan itu semua adalah pertarungan tingkat tinggi,Raden Gandus putra Kertapati,hanya dapat melongo,bibirnya bulat membentuk huruf o,mata tak berkedip,kaki yang bersilang tinggi,pelan-pelan turun berjejer rapi,tangan nya gemetar sepeti mau nyembah dan pasrah.

Riman risangsang kedua matanya masih terpejam,pembawaan-nya tenang,mengatur tenaga dalam,karena mengendalikan kursi kayu melawan sebilah pedang.

Tak ber-irama ketukan demi ketukan,tusukan demi tusukan,belum ada yang menggelepar,di ujung sana adalah kakek tua berbaju komprang,duduk dengan peluh yang beterbangan,mengatur nafas pengunci tenaga dalam,mulutnya komat-kamit tak karuan.

Meja kayu masih berputar-putar,mengeluarkan suara berdentung-dentung,di balas dengan serangan kilat pedang menusuk,menyabet dan menyambar,seperti bunyi petasan.

Angin berterbangan seakan gasingan bergulung-gulung tumpah membentang,semua orang yang dipenginapan Kapitan berlindung di bawah meja dekat tempat duduknya.

Rupanya kakek berbaju komprang mulai kewalahan,badan-nya yang ramping bergetar dan keringatpun mulai menyebar,membasahi seluruh permuka-an tubuhnya,dan tiba-tiba.

"Brraaaaakkkkghhh"badanya terpental mulutnya mengeluarkan darah,bersamaan dengan terpentalnya si kakek berbaju komprang ,meja dan kursipun jatuh bertebaran,pedang mengkilap nampak sangat tajam jatuh tertimpa meja kayu coklat kehitam-hitaman.

"Kakeeek Ciiik Kalidoni!!!!???

Raden Gandus putra Tuan Kertapati berlari menghampiri,rupanya sang kakek berbaju komprang yang keluar darah adalah kakek guru Cik Kalidoni,Guru ayahanda Tuan kertapati yang sangat di segani di daerah Kapitan.,juga Kakek Cik dirinya,tak menyangka sekarang menggelepar di depan mata.

Tentunya rasa penasaran dan ciut bergelayut,apa lagi dirinya merasa belum apa-apa ,kakek gurunya saja bisa dibuat tak berdaya,apa lagi dirinya yang hanya mengandalkan nama besar orang tuanya.

Antara kesal dan bingung Raden Gandus meraung-raung,matanya basah, banjir ,keluarkan ,menetes di kedua pipi,,tidak ingat lagi tadi begitu jumawa bergaya tinggi .

Sementara sang pengembara sudah membuka matanya,dan mengatur pernapasan dirinya,sambil melompat menghampiri raden Gandus putra tuan Kertapati.

"Mohon izin ,,hamba obati tuan???" kata Riman risangsang perlahan,rupanya terdengar oleh Raden Gandus putra Kertapati,sambil tetap meraung,dianggukan kepalanya tanda dipersilahkan.

Dengan lembut dielusnya,punggung Guru Cik Kalidoni yang berbaju komprang,juga pergelangan tangan kanan-nya,serta Telapak kakinya,di buka jalan darahnya,agar normal senantiasa.

Pengerahan tenaga dalam disertai totok jalan darah,membuka simpul-simpul syaraf yang menghalangi perjalanan tenaga,tanpa kasat mata semua yang dilakukanya.

Mungkin seperti tepukan kecil tapi pengaruhnya bagi insan kehidupan sangatlah berperan,

Apalagi bagi Kakek berbaju komprang dialah si Guru Cik Kalidoni yang di segani di wilayah Kapitan,guru besarnya Tuan Kertapati langsung terbangun begitu mendapat totokan yang membuka jalan syaraf kehidupan.

Disamping Cucu kesayangan Raden Gandus putra Tuan Kertapati,adalah pemuda tampan tersenyum sungguh menawan,mengangguk hormat penuh kesopanan.

Selain Teman-teman Raden Gandus putra Kertapati,si Sako, Jaka Baring dan Sematang Borang juga Ki Alang-alang Lebar,semuanya tertunduk salam hormat kepada Guru Cik Kalidoni,tapi ada satu pemuda tampan yang dadanya bidang sudah menghilang dari tempat duduknya.

Rasa kecewa dan penasaran dari dalam hati Kakek guru Cik Kalidoni tetapi tidak ter-ucap-kan,kemanakah pemuda tampan yang mengelus punggungku???dan menghidupkan simpul syarafku,dari caranya men-totok jalan darah kelihatan mempunyai ilmu kanuragan tingkat tinggi.

Menengok kanan dan kiri,mencari cari di mana si pemuda tampan berada,tertegun Raden Gandus putra Tuan Kertapati melihat keanehan pada Kakek guru Cik Kalidoni,tetapi hanya di dalam hati,Si Kakek pun pura-pura bersemedi mengatur napas dan memejamkan mata,

Serasa sehat kembali Kakek Guru Cik Kalidoni bangkit dan berdiri,disusul Raden Gandus Putra Tuan Kertapati,di-i-ringi Si Sako,Jaka Baring juga Sematang Borang dan Ki Alang-Alang Lebar.

Sang Pengembara Riman Risangsang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang