Bab 27

23 3 0
                                    

Hari masih pagi,ketika dengan cekatan Riman risangsang berbenah  rencana mau melanjutkan perjalanan,berkali kali  Kriyo atau Lurah Taswin dari Bentayan menepuk bahu Riman Risangsang,dibalas dengan anggukan,di dalam sana di kamar tengah di dalam rumah yang megah mata bening berkaca-kaca,sambil terus memperhatikan si jejaka,dilipatnya surat bersampul biru,yang akan diberikan kepada  pemuda idaman hatinya.

Walaupun dirinya,merasa terhina,sebagai seorang wanita mengutarakan terlebih dahulu rasa cintanya,tapi sungguh itu diluar nalurinya,karena rasa yang semakin menggunung,memenuhi di setiap rongga hatinya,yang tidak mampu membendungnya.

Entahlah,orang akan berkata apa,tapi sekarang beban berat yang membuat dada ini sesak sudah terlampiaskan,walaupun belum tahu kapan akan terima jawaban dari sang pujaan.

Dengan senyum mengembang,setengah berlari sang Dewi Bentayasari,membawa makanan yang sudah disiapkan untuk bekal perjalanan sang Riman risangsang,ketika ayahanda Kriyo atau Lurah Taswin berteriak lantang memanggilnya untuk membawakan perbekalan.

Masih dengan senyum mengembang di serahkan perbekalan yang sudah ia siapkan,semua tidak mengira,bunda dan ayahanda,juga semua sodara-sodari-nya,bahwa di dalam perbekalan yang telah di persiapkan ada surat ungkapan tentang cinta.

Mungkin karena saking gembira atau sudah seperti anak sendiri,Kriyo Atau Lurah Taswin,memeluknya lama sekali,sungguh seperti tidak mau berpisah,juga sikap hormat Riman risangsang pada pada Kriyo atau lurah Taswin dan isterinya,sudah seperti pada orang tua, yang membuat ia ada di dunia,juga sikap manis pada Dewi Bentayasari,yang membuat  ia semakin ter iris-iris karena sebentar lagi akan pergi melanjutkan perjalanan entah kapan akan ketemu lagi.

Dengan gemetar perbekalan di sampaikan,diterima dengan gembira oleh sang Pemuda,tanpa curiga ada sesuatu di perbekalan-nya.

Burungpun tak akan curiga,apalagi si Gagak rimang kuda tungganganya,yang dengan setia menemani kemana ia pergi,dari penjuru negeri sudah hampir semua  di lalui.

Seandainya semua kenangan bisa ditulis mungkin sudah penuh buku perjalanan menceriterakan tentang kisahnya,dari mulai ia dilahirkan dan di besarkan di jawa dwipa atau lebih dikenal dengan daerah pulau jawa.

Terkadang ada rasa rindu kampung halaman,tetapi sebagai seorang pemuda yang ditempa dengan kehidupan  diikat dengan janji yang diikrarkan dan di ikat dengan kewajiban ,bahwa beban yang ia bawa adalah sangat mulia terutama untuk keamanan dan kemakmuran bersama,karena ia merasa bukan pahlawan tetapi ia hanyalah seorang Pengembara yang lepas terbawa angin kehidupan.

Pengembara adalah seperti burung terbang yang bebas kemana yang disuka, dari wilayah satu ke wilayah lainya,maka semua pernah di laluinya,sampai  hampir seluruh nusantara.

Tidak heran kalau sebegitu muda sang Riman risangsang sudah menginjak Sumatera bagian  Barat, juga wilayah selatan dan Ibu kota Palembang,Pagar alam,lahat  hingga ke pantai pinggiran selatan.

Juga di daerah jawa,seperti Pasundan juga ,wilayah kasultanan Mataram ,hingga jawa bagian timur ,karena semua itu bagian dari dirinya sebagai Pengembara mengikuti apa kata hati mana yang ia suka,dan di dalam hatinya sang jejaka merasa bahagia hidup di wilayah kerajaan Sriwijaya.
















Sang Pengembara Riman Risangsang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang