Chapter 3 - Kaget -

1.4K 72 3
                                    

Langsung tacap, Untuk membayar yang kemaren vakum, cleaner kali Ahhh. Semoga kalian suka dan menikmati cerita ala kadarnya ini.


Hari selasa ini Anita sudah ditarik paksa untuk mengurus surat pengajuan karena beberapa hari ke depan akan dilangsungkan akad nikahnya. Di dalam mobil semua hanya diam memperhatikan segala sesuatu yang lebih asyik dari pada membuka obrolan. Benar - benar hening Cuma angin semilir yang berisik ganggu gantungan di tengah mobil.

"ke rumah mama dulu, baru saya antar pulang"

"ehmm...." perkataan yang menggantung itu menimbulkan semburat tanya di wajah Theo

"Ehmm....mas, bisa gak setelah nikah....." mata Theo mulai melirik wanita di sebelahnya tajam

"Apa?" intonasi dingin itu membuat Anita gugup setengah mati sampai tangannya bergetar

"ehmm.....boleh gak kalau Nita tetep stay di kosan?" akhirnya nafas lega Anita terdengar

"Enggak!" Sekonyong - konyong Anita melotot

"kita tinggal di rumah dinas, mana ada suami istri baru nikah dah pisah"

"gak bisa gitu mas, ini masalah pendidikan yang harus Nita perjuangkan, Mas gak tahu apa rasanya persiapan menghadapi dosen pembimbing yang jadwalnya kayak Brad Pitt, janji sekarang nongolnya besok, terus nyusun dan mengarang itu butuh tenaga dan perngorbanan........" kegaduhan seketika muncul

Mobil ijo lumut sudah terparkir di garasi, sembari membuka seatbelt Theo menatap Anita yang masih memberengutkan wajah. Senyum tipis buangett terpatri di wajahnya.

"Oke, mas akan jemput setiap jum'at dan senin pagi mas antar, Puas?" Anita melirik sok menilai dan menimbang

"Sudah tidak usah maju tuh bibir, entar saya di marah mama"

Sembari melangkah turun, Anita mengamati rumah calon mertuanya. Halamannya cukup luas dengan beberapa ayunan yang terparkir di sudut taman. Ia tersenyum, ada kenangan lama baginya tentang sebuah ayunan. Ia teringat sosok bapak yang pasti sedang nonton berita di rumah sambil makan bakwan goreng dan kopi hitam. 

Sampai Theo mengucap salam, suara mba Feny menggelegar.

"Mah! Menantu baru dah dateng ini!"

Mama Arum langsung keluar dari dapur dengan spatula, membuat Anita sudah merindukan ibunya.

"Aduhh, mama belum selesai masak ini"

"mau Nita bantuin gak mah?"

Mba Feny mesam - mesem sembari melirik Theo yang tetap lempeng mukanya dan hendak berlalu ke kamar.

"Kayak bisa masak aja" suara sarkas itu membuat Anita Melotot tajam

Mama Arum yang tahu langsung menghalau menantu ehh.. calon menantu maksudnya ke dapur sebelum perang akan meletus seperti bisulnya tadi pagi.

Ruang dapur rumah Theo ramai riuh dengan suara tiga perempuan yang amat sangat ia cintai dalam hidupnya. Dari balik pintu pembatas dapur, Theo berdiri tanpa suara mengamati cinta yang Allah titipkan padanya. Gadis tengil yang sederhana, yang membuatnya tak berhenti kaku di depan netra hitamnya yang polos.Sejak pertemuan itu dan doa yang saban malam ia panjatkan, ia berdoa semoga Allah menjadikannya bidadari di dalam rumah sederhananya. Meniti kisah bersama, dan yang terpasti adalah ibu dari anak - anaknya.

Katanya Mah JODOH!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang