Chapter 5 - Hari H -

1.3K 66 0
                                    

Met Malem manteman, apa kabar nih para jomblowati dan jomblowan, masih malem rabu nikmati aja dulu kesendirian, doi juga lagi nabung di celengan rindu, bsok juga ketemu..... iya kamu........ #huekkkk🤮😂😂😂


Ketika hari itu tiba...........

Selang beberapa hari lagi, tenda itu siap dipenuhi banyak tamu undangan yang entah dari siapa yang mengundangnya. Kemarin malam, aku mengabari teman – temanku bahwa lusa adalah akadku. Ah elahhh, jadi heboh banget plus kepo, jadinya ponselku teronggok dalam keadaan nonaktif. Sejak pagi pun, di belakang rumah sudah ramai hilir mudik tetangga rewang dari buat jenang sampai kue bolu, dan karena saking depresinya, sudah setengah Loyang kue bolu sarang semut berpindah ke perutku. Inilah sensasi mengerikan melepas masa lajang, belum sesuatu yang akan dihadapi di masa depan. Tiga hari terakhir yang penuh perjuangan untuk mendaftar dikesatuan si Bheo akhirnya membuatku angkat tangan, dan beliaulah yang melanjutkan. entah bagaimana, pengajuan dan tantangan itu bisa ia selesaikan tanpa mengeluh.

"Besok siap – siap luluran yo Nyomud (Nyonya muda)" aku menoleh melihat mbak Yum muncul sambil membawa loyangan kue brownis

"Luluruan apaan mbak? Orang besok Cuma pengajian kok acaranya" aku meraup lemper yang ada di meja makan

"Loh kata bude tadi luluran dulu paginya, kalo iyakan mbak ngikut sekalian"

"Ohhh luluran lumpur – lumpur itu, iya mbak Yum jangan khawatir, tak suruh banyakin lumpurnya entar, terus dibungkus pake daun pisang habis itu dikukus, jadi Mbak Yum lemper jadi – jadian" tawaku membahana sembari kembali ke kamar

Dan mbak Yum Cuma diam terpaku, mungkin kalau ini acara TV pasti muncul efek suara 'krik....krik...krik'. Sayangnya nanti malam aku bisa tidur atau enggak yang jadi masalahnya.

*****

Hari Jum'at, lepas adzan Ashar membuat lutut kakiku terasa bak jeli. Derum mobil ramai beriiringan dari arah depan memmenuhi kamarku yang berbatas ruang tamu. Suara bapak – bapak dicampur ibu – ibuk yang asyik bertegur sapa membuat kepalaku semakin berkunang – kunang, perut mulas, dada kembung, sesak napas, hidung tersumbat. Rasanya mabuk aku ini. Saat lihat kaca, riasan wajah itu membuatku ingin menangis, rasanya campur aduk saat baju pengantin yang berwarna gading ini membungkus ketat sampai mungkin penyebab kepalaku berkunang – kunang mungkin kemben gak berperasaan ini. Huft......... Pengap Guys.

"Kami mengucapkan selamat datang kepada pihak mempelai pria, di waktu dan tempat yang InsyaAllah diberkahi Allah dan para malaikat yang akan menyaksikan pelaksanaan Ijab dan Kabul Ananda kami Theo Adimas Pramoedya dengan Anita Cahyaningrum" suara itu menembus ruang tengah yang sekarang melingkupiku, sementara ruang tamu di batasi tirai putih berserut sehingga bayang – bayang punggung kokoh berbalut baju senada denganku terlihat tak gentar sedikit pun.

ALamak kenapa sejak tadi puitis sekali bahasamu Anita. Efek gugup bikin kakiku yang terlipat di belakang udah mati rasa. Aduhai, ingin rasanya kuberlari, tak sanggup menghadapi detik – detik mematikan ini. Ibu yang sedang duduk di sampingku sejak tadi menggenggam tanganku erat. Sejak semalam ibu memang sedikit emosional dan sensitive. Dikit – dikit nangis terus minta tidur bareng juga, jadilah kami bertiga empet – empetan. Agaknya mataku juga mulai terasa panas. ini eyeliner nya kebanyakan deh.

"baiklah Ananda Theo Adimas Pramoedya apakah anda sudah siap?" itu suara pak penghulu berjenggot putih dan peci tingginya

"InsyaAllah saya Siap Pak" suaranya benar- benar tak ada keraguan, apa dia tak ada gugup-gugupnya?

Katanya Mah JODOH!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang