Sambil dengerin ini asyik juga
Menurutku, setiap kebaikan selalu berjodoh dengan kejahatan. Untuk membuat manusia bisa membedakan mana yang baik dan mana yang jahat. Semacam system balancing. - Author's Note
Sendiri Anita bersandar pada kursi rotan teras rumah dinasnya. Seminggu sudah sejak ia kembali ke Makassar, meninggalkan khawatir untuk patuh pada perintah suaminya yang takut ia terluka. Kini pria itu, belum juga kembali sejak tiga hari lalu. Tugas Negara membawanya pergi menempung jalan terjal dan teriknya panas ancaman kematian. Sepagian tadi, perempuan manis itu tak bisa menutupi senyum kebahagiannya. Test Pack ia genggam kuat. Manusia kecil, bukti cintanya pada Theo. Tapi sepertinya ia harus menunggu lebih lama untuk mengabarkannya.
Kemarin, Sarip menawari Anita untuk mengajar di salah satu sekolah swasta. Dia bilang, Mas Roy memberitahunya betapa Anita mencintai dunia mengajar sejak duduk di SMA. Cita – citanya menjadi guru tetap harus terntuda karena ijazah S1 belum tersampir di tangannya. Hadiah – hadiah yang ia terima tergambar jelas di gurat wajahnya yang ayu. Senyum tak luntur meski rasa sepi menelisik dadanya.
Pesan Whatsapp sejak tiga hari lalu pun belum juga di baca suaminya. Tampaknya masalahnya kali ini lebih berat di banding kasus yang membelit kakak sepupunya. Terbukti kabar pun belum ada.
"Miss Nita, pilih punya pacar apa suami?" salah seorang muridnya bertanya dengan semangat saat ia duduk di kantin sekolah seorang diri
"Suami dong Sya, pria itu akan bertanggung jawab untuk hidupmu dunia akhirat lebih dari pada seorang pacar. Janjinya kokoh di depan Allah, suami kemana – manalah pokoknya"
"Miss kenapa udah nikah masih muda gini?" senyum mengembang di wajahnya sembari tangan mengelus perutnya yang kini membuncit. Masuk tiga bulan.
"Karena Allah ngasih hadiah ke Miss lebih awal, kalau nolak nanti ada murka Allah yang gak akan sanggup Miss pikul"
"Miss cinta sama suami Miss?"
"demi Allah kalau itu Sya"
Tiga bulan sudah, pria itu bertugas di ibu kota. Meninggalkannya seorang diri di kota Makassar. Telfon yang mengantarkan suara kerinduan itu hanya sempat mampir sekali sebulan lalu. Nita sudah belajar, bahwa tanggung jawabnya sebagai istri adalah selalu mendukung apapun keputusan yang diambil suaminya. Ia ridho melepasnya pergi bertugas demi Negara tanpa tahu buah hatinya sedang bertumbuh. Biarkan hadiah ini menjadi kejutan nanti saat ia kembali dari tugasnya.
Ruangan kantor sore itu mulai lengang. Beberapa guru memilih kembali pulang setelah membereskan hasil UTS para siswa. Anita masih sibuk memilah beberapa kertas yang berserak di atas meja kerjanya. Setelah rapi, perempuan berperut buncit itu meraih tas dan melangkah keluar.
Dua tiga siswa masih asyik nongkrong di gerbang. Beberapa dari mereka menyapa dengan wajah kocaknya. Tentu. Anita termasuk guru yang paling friendly terhadap siswa badung.
"Bu Theo kan?" pria tinggi besar berdiri menjulang di hadapannya secara tiba – tiba, membuat Anita auto berhenti dan bergerak mundur
"betul, bapak siapa ya?"
Pria itu tertawa.
"jangan Bapak, buk. Saya ini Dion, rekan satu batalyon dengan Kapten buk" Anita mengangguk canggung "Oh iya buk, bapak pesan untuk menjemput ibuk dari sekolah"
KAMU SEDANG MEMBACA
Katanya Mah JODOH!!
RomanceDi jalan setapak pemakaman yang dipenuhi pelayat dan para prajurit berseragam lengkap dua sosok muncul dengan senyuman kebahagiaan. Tangan perenpuan berjilbab cream itu bergelayut di lengan suamnya. Wajah mereka bersinar seolah seluruh lampu di duni...