Chapter 25 - Hanya Hati -

433 32 1
                                    

Selamat Hari Raya kepada Semua Pengguna Wattpad, pembaca juga penulis. Minal Aidin wal Faidzin, Mohon maaf lahir dan batin. Semoga selalu dalam keadaan safe dan healthy.

Jangan lupa tekan Vote dan Comment Ya Sobatque

Happy Ied and Reading!!!!

{Kekayaanku hanya satu, Dik

Hati yang luas tak bertepi/Cinta yang dalam tak terajuk- Hanya Hati, Buya Hamka}

Kapal penyelamat milik Armada Angkatan Laut Republik Indonesia berlayar mengarungi perairan Sulawesi menuju Pelabuhan yang akan membawa tentara kebanggaan mereka menuju Markas. Dini hari tadi, dua prajurit yang telah berjuang hingga bertaruh nyawa sedang berada dalam tandu dan menjalani perawatan medis. Selang infuse menancap di lengan Arimba yang masih tersengal meski masker oksigen membungkus hampir sebagian besar wajahnya. Dan dokter yang berwajah panik sedang memberikan CPR di atas bangkar.

Theo tak berhenti menanti dari balik pintu, kecemasannya meningkat tatkala dua pria berseragam perawat berlari keluar dan kembali lagi dengan membawa dua kantong darah. Hingga kapal sudah bertengger di pelabuhan dan jangkar telah terpasang. Pintu ruang operasi itu belum juga terbuka. Dua jam berlalu tanpa kabar yang berarti, Theo berulang kali di minta untuk beristirahat di Markas Besar namun tetap tak bergeming.

"Bagaimana Dokter?"

"Alhamdulillah Kapten, rekanmu berhasil melewati masa kritisnya selama operasi. Dia sempat mengalami pendarahan pada luka tusuk di perutnya yang cukup parah, dan juga syok sehingga sempat kehilangan detak jantung, di tambah empat peluru bersarang di tubuhnya membuatnya benar - benar cukup hebat untuk bertahan sejauh ini"

"Alhamdulillah Ya Allah, terimakasih banyak dokter" pria berkostum hijau khas ruang operasi tersenyum sambil membalas uluran tangan rekannya ini

"Tapi sebaiknya kamu juga harus banyak istirahat, luka robek di bahumu juga cukup menyakitkan nanti setelah efek anastesinya habis....." Theo mengangguk "baik, kalau begitu saya permisi dulu"

"Silahkan dokter"

Pria yang masih memakai seragam lorengnya tak beranjak dari kursi tunggu di depan ruang perawatan Arimba. Wajahnya khusyuk terpekur, bahkan ekor matanya tak terganggu pada keributan di sekitarnya.

"Selamat pagi, Komando!" Suara tegas dari sisi kanannya membuat Theo menoleh. Basukati berdiri sembari memberi hormat padanya

"Ada apa Bas?"

"Siap! Lapor, pukul 10 nanti komandan beserta istri akan berkunjung sekaligus memberikan arahan terkait operasi ini"

"Umm....baiklah...." Basukati yang melihat gelagat aneh atasannya langsung saja duduk di kursi sebelah Theo

"Siap! Kalau ada yang merisaukan Kapten, saya siap mendengarkan" Theo menoleh dan tersenyum untuk kemudian menepuk pelan bahu rekannya

"bagaimana luka tembaknya?" Basukati terkejut

"Ehh...tidak apa - apa Kap..."

"tidak perlu formal, kita sudah hampir mati kemarin" Wajah kaget dengan mata berbinar muncul dari Basukati

"wahhh Asyiapppp Bang Theo...Huh! akhirnya gak perlu pakai 'siap' 'lapor' terus" Theo terkekeh

"Jadi apa yang bikin abang kusut kayak nenekku di rumah?"

"Maksudmu aku Tua gitu?" Theo menatap garang sedang Basukati hanya menampilkan cengiran polosnya

"A elah sensi bett Bang, kek cewek tanggal merah aja" Theo menghela nafas, kembaran Areno tiba - tiba menjelma di sebelahnya

Katanya Mah JODOH!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang