Chapter 12 - Wish -

912 51 2
                                    

Selamat Satnight, yahhhh yang sabar kalau DOI masih kesasar di hati yang salah. yang penting kalian jangan lupa di vote sama coment yups. Tenang..... geratis cuma butuh kuota sih buat bacanya hehe..

Enjoy Gengs!


♥️♥️♥️

Jangan Khawatir, selalu ada doa yang terkabul

Mungkin kamu saja yang jarang menyadarinya

Author's Note
♥️♥️♥️

Sudah lebih dari setengah jam, pesawat komersil yang di tumpangi Areno melaju cepat di udara. Sedang ia yang duduk di kursi 14D terlihat cemas dengan mata yang senantiasa awas dan khawatir. Prediksinya ternyata kejadian, rahasia yang seharusnya tidak perlu diketahui ia dan Theo menyebabkan Anita yang lugu cenderung bodoh itu -menurutnya- jadi korban. Kakinya selalu bergerak naik turun seperti tak tenang dan berusaha untuk senantiasa siaga dan mengamati setiap penumpang yang ada di sekitarnya. Ia takut, dalam satu dua penumpang di sekitarnya adalah pembunuh bayaran yang akan menghabisinya. Intuisi seorang prajurit harus selalu menyala. bukan begitu?

Sedang Theo di atas perahu nelayan yang terombang - ambing dahsyat, syukurnya atap perahu ini mampu melindungi hujan yang memperparah proses evakuasi sehingga dapat mengurangi jumlah suhu dingin yang ada. Anita sudah terbaring lemas dalam dekapan selimut dan rengkuhan Theo. Matanya yang semula berfokus pada Anita kini menyadari sekelilingnya, belasan korban terkapar tak berdaya seolah menanti maut yang siap menjemput. 

 Tiga menit berlalu dan deru napas pelan menghampiri sisi dagu kiri miliknya. Ada suara batuk lirih yang membuat Theo terjaga dengan wajah terkejut dan segera mendudukkan Anita menjadi tegap di atas pangkuannya. Ait mata yang banjir bandang sebab putus asa kini mulai berbinar penuh harapan.

Uhukkkkk

Sedikit demi sedikit air asin itu keluar dari mulut istrinya. Dalam rasa syukur yang membuncah, Theo kembali mendekap Anita sekuat yang ia bisa. Hampir saja. Gila otaknya. Memikirkan bagaimana Anita akan menghilang dari hidupnya. Cintanya benar - benar sedang merekah. Mekar dan sedang harum - harumnya.

"Allahu Akbar! Alhamdulillah........Ya Allah" Tangis syukur itu menjadi - jadi, namun Anita masih lemas tak berdaya bahkan mungkin tak mendengarnya

Perjalanan laut yang lama, membuat dekapan itu kian erat. Anita bahkan belum membuka matanya sejak tujuh jam yang lalu. Selimut yang sejak tadi membungkus tubuhnya yang 'telanjang' atau bahasa kerennya naked membuatnya seakan berada di ambang kematian untuk kedua kalinya. Suhu tubuh yang belum membaik membuatnya hanya bisa bertahan untuk tetap bernapas dan nadinya berdenyut. Bahkan jemarinya kian mengeriput dan bibir yang semakin membiru

"tetap sadar dek" Theo membisik lirih diujung telinga yang terbalut jilbab basah. Harapannya masih bersinar.

Saat ini perahu nelayan sudah jauh sekali meninggalkan lokasi kapal yang telah leyap di telan lautan. Dan kini perahu itu di sesaki oleh tubuh - tubuh yang keriput dan membiru. Dua petugas medis serta tiga pria yang diduga nelayan nampak sibuk bergerak ke sana kemari. Berusaha sebaik mungkin membantu para korban. Theo yang terduduk di tepian mulai melihat keluar jendela dan matanya berbinar penuh syukur. Pelabuhan sudah terlihat di kejauhan sana.

17.40 WITA

Air hujan masih setia turun memenuhi area pelabuhan Soetta yang ramai didatangi keluarga korban. Terbaliknya kapal Siantar pagi hari tadi menyisakan duka yang entah esok pagi akan terurai dengan mudah atau tidak. Beberapa posko darurat pun masih tergenangi cucuran darah dari para korban yang masih terus berdatangan. Tangis para kerabat korban menghiasi langkah Theo yang memikul Anita dalam tandu bersama tim medis yang sigap untuk bergerak menyambutnya. Sirine ambulance saling berkejar - kejaran mengantarkan pasien darurat ke rumah sakit terdekat.

Katanya Mah JODOH!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang