{Air mata jatuh di atas daun yang jatuh, Haruskah aku melihatmu kembali, apakah itu keinginan yang sia - sia.....Lonely Sailing ost The World of The Married}
Kilatan tatapan mematikan saling menyambar antara Hamdan dan Adrian. Keduanya berwajah datar dengan sudut mata penuh ancaman. Okay, mungkin mereka enggan melupakan prahara kentut yang membuat mereka saling serang. Suasana malam cukup mencekam. Sejak setengah jam lalu, rumah dengan bentuk menyerupai kubus, terdiri dari dua lantai dengan dinding yang berbahan dasar lempengan besi. Disekelilingnya penuh dengan pohon rimbun, raksasa, lagi tua. Jadi tak heran jika banyak orang yang tidak akan menyangka ada rumah se-aneh ini. Dua penjaga membuka pintu gerbang, meneriaki kawannya yang berdiri di ujung jalan menuju teras rumah yang gelap. Lampu hias di tiang - tiang rumah benar - benar tak berfungsi sebagai penerangan.
"Pstsssss...........Pistss.....Pistss............" Hamdan dan Adrian saling menoleh dengan tatapan seolah berkata 'siapa?'
"Pstsss....." Hamdan melongokkan kepala ke bawah pohon. Menyaksikan Bimo yang berdiri tak jauh dari mereka dengan baju compang - camping dan mata mengedar ke segala arah
Dua pemuda tanggung itu turun perlahan. Membuat terkejut Bimo yang sedang siaga dari serangan seperti sebelumnya. Adrian berlari menuju Bimo untuk kemudian memeluknya. Hela nafas lega berulang kali mengisi paru - paru Bimo.
"Untung selamat, gimana ceritanya bisa lolos?"
"nanti sebelum tidur akan kuceritakan Lang, yang lebih urgent dari itu adalah bagaimana cara kita masuk ke rumah itu, memasang chip kamera dan menyalin bukti bisnis illegal mereka"
"Aku sudah memikirkannya Bang" Hamdan membuka suara berbarengan dengan wajah Adrian yang tak percaya
"I don't believe it! Sejak tadi kau berkentut bukan berpikir" Hamdan dengan kesal menarik kupluk Adrian hingga melar dan menutupi wajahnya
"Shuttttt...Fokus Lang...Nyet" Bimo menahan kekesalannya karena dua rekannya bercanda disaat yang tidak tepat. Kemungkinan mereka keluar dari sini hidup - hidup terbilang kecil.
Tesss.......Tesssss.
Air hujan menahan Hamdan yang hendak membuka suara. Rintik - rintiknya semakin diperhatikan semakin deras. Bayang mereka pun semakin tak terlihat. Hamdan menarik penutup kepala jaketnya begitupun dengan Bimo. Sedang suara rusuh muncul dari Adrian yang sibuk memakaikan mantel pada ranselnya.
"Apa rencanamu Lang?" Aliran air hujan semakin deras bukan kepalang, membanjiri wajah mereka bertiga yang bersembunyi di balik akar pohon raksasa
Dua penjaga gerbang dengan senjata laras panjang sedang asyik bercengkrama dengan sesama rekannya di Pos Penjaga. Belasan botol miras dan soda berhamburan di atas meja. Mereka sesekali tertawa di tengah derasnya hujan tengah malam. Ada sekitar dua puluh lima penjaga yang mendapat shift malam ini. Salah satu penjaga bertampang sangar dengan luka jahitan memanjang dari pelipis hingga ujung hidung berdiri dari kursi plastik. Ia berujar izin untuk pergi ke belakang.
Baru saja melepas ujung resleting, sebuah tangan melilit lehernya untuk kemudian secepat kilat memutar Sembilan puluh derajat hingga pria itu tersungkur ke tanah di bawah guyuran air hujan tanpa suara. Sedang pria yang berdiri di belakangnya langsung menggeretnya menjauhi pos menuju semak - semak dan rayutan yang menyatu dengan kegelapan.
"Kenapa mangsamu kurus sekali Lang?" Bimo menyahuti saat memeriksa bawaan Hamdan
"Cuma dia yang apes"
"Bajunya terlalu ketat kalau aku pakai" Bimo memperhatikan pria yang tak berdaya di depannya dengan tatapan menilai, Hamdan yang berdiri disebalahnya tak kalah semangat mengangguk
KAMU SEDANG MEMBACA
Katanya Mah JODOH!!
RomanceDi jalan setapak pemakaman yang dipenuhi pelayat dan para prajurit berseragam lengkap dua sosok muncul dengan senyuman kebahagiaan. Tangan perenpuan berjilbab cream itu bergelayut di lengan suamnya. Wajah mereka bersinar seolah seluruh lampu di duni...