Untuk bertahan, setidaknya kita selalu punya alasan
Peringatan: cerita ini hanya fiktif, setiap adegan, kejadian, tokoh
dan jalan cerita hanyalah karangan penulis semata
🚢🚢🚢🚢
06:27 WITA27 Desember 2028
Cuaca hari ini benar - benar kacau, lebih kacau dari perkiraan BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) yang mempublish di laman websitenya tentang hujan lebat yang tidak disertai angin atau petir. Faktanya, badai justru mengoyak lautan dan membuat kapal Ferry raksasa yang Anita dan Theo tumpangi berguncang – guncang dari kiri ke kanan mirip ayunan di TK. Dari arah pintu depan geladak, Theo menarik lengan Anita dan berjalan terburu –buru menuju anjungan [ruang kemudi kapal].
"Bagaimana capt?" tanya Theo pada lelaki dengan seragam lengkap khas Nahkoda
"saya belum yakin untuk menetapkan ini jadi situasi darurat atau tidak" Anita masih berdiri kaku di belakang tubuh Theo yang juga tak bergerak. Kecemasan memenuhi matanya saat ombak dan langit benar – benar seperti artis dan haters.
Dalam keheningan itu, seseorang masuk dengan nafas memburu. Pakaian Coberall-nya nampak basah dan wajahnya pias. Semua orang yang ada di dalam termasuk enam tentara, delapan awak kabin, serta beberapa yang mungkin berpangkat lebih tinggi memasang wajah cemas saat ahli mesin itu memaparkan bagaimana keadaan kapal yang bisa saja berakibat fatal.
".......... kecepatan kita akan menurun drastis ditiga puluh menit ke depan, satu turbin di sisi kiri mengalami kerusakan dan berputar semakin lambat" keringat sebesar jagung mulai menuruni lereng dahinya
"sedang posisi kita masih 220 mil dari pelabuhan Soetta Makassar, saya khawatir kapal ini akan kandas dan tenggelam" Nahkoda yang berdiri di sisi kemudi semakin pias, bukankah seharusnya dia terlatih untuk urusan darurat seperti ini?
Sementara Theo, keningnya berkerut dalam. Kepalanya berputar layaknya kapal yang di amuk badai besar. Sementara ruangan yang terdistraksi ombak yang tak henti – hentinya menghantam kaca jendela di bagian stem kapal membuat situasi menakutkan ini semakin mencekam. Jangan tanya si Anita. Wajahnya putih pucat seperti tidak ada darah yang mau mengaliri wajahnya.
"kalau begitu, kita susun rencana untuk mengurangi kemungkinan terburuk yang mungkin bisa saja terjadi" Theo mulai melancarkan apa yang sejak tadi ia pikirkan
"aku butuh beberapa data jumlah penumpang, dan denah ruang kapal ini serta beberapa ahli mesin, crew penyelamat, dan petugas medis" setiap awak kapal dengan sigap melaksanakan perintah Theo, mereka tahu bahwa situasi ini benar-benar genting dibanding simulasi yang pernah mereka lakukan
"....ini pak denahnya" kertas itu langsung tergelar di atas meja
"jumlah penumpang sekitar 127 orang termasuk anak – anak dan 28 awak kapal" pria berkaos tentara itu sibuk membaca lembaran kertasnya
"berapa jumlah sekoci yang ada?" Theo menelisik beberapa pintu darurat dan tangga paling efektif
Krekkkkkkk
Kapal mulai oleng ke kanan.
Beberapa botol minum mulai berjatuhan dari meja dan beberapa orang yang sempat goyah kini harus berpegangan pada sesuatu. Suara kapal yang berderum ditambah pergerakan kapal yang terasa aneh mulai menakuti awak kapal. Baru sekitar dua belas detik dari kejadian tadi, seorang ahli mesin masuk dengan tersengal – sengal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katanya Mah JODOH!!
RomanceDi jalan setapak pemakaman yang dipenuhi pelayat dan para prajurit berseragam lengkap dua sosok muncul dengan senyuman kebahagiaan. Tangan perenpuan berjilbab cream itu bergelayut di lengan suamnya. Wajah mereka bersinar seolah seluruh lampu di duni...