Chapter 30 - Insecure -

428 34 5
                                    

Teruslah berjalan meski tersesat dan jangan pernah berhenti atau berbalik, kita bukan pasukan mundur alonalon – Para Kesatria KMJ

Ibukota dilanda kerusuhan besar – besaran, seminggu paska turunnya demonstran yang menagih janji kompensasi dari pemerintah belum ada tanda – tanda uang itu cair justru rumor penggelapan yang beredar luas. Tentu saja unjuk rasa ini bukan saja karena dana kompensasi melainkan ada maksud lain guna memancing keributan yang lebih besar dan merata. Mas Aryo dan Roy yang menyamar menjadi peserta unjuk rasa mencoba mencari tahu kebenaran isu penyebaran virus oleh pemerintah untuk memukul mundur para pengunjuk rasa. Mereka memang bersiap untuk kemungkinan terburuk jika demo ini terus berlanjut. Aksi Makar. Melengserkan kursi presiden seperti sejarah kelam 98.

Sejak turun di jalan protokol kota dan mengikuti long march sampai di depan gedung keprisidenan yang kemudian di jaga ketat pasukan anti huru hara. Para awak media pun tak kalah buas ikut berdesak – desakan di depan istana. Mereka mirip macan kelaparan. Begitupun dengan kantor DPR dan MPR yang diserang secara bersamaan. Ribuan orang memadati jalan dengan spanduk yang memaki para aparatur Negara yang di anggap korup.

"aku tidak tahu itu virus apa, tapi tangki di arah jam 10 di kawal ketat dengan petugas berseragam APD lengkap" pria manis yang sedang menegak botol minuman terlihat sangat santai

"presiden sudah pasti tidak ada di istana sejak semalam"

"Dari mana Mas tahu?"

"protokol keselamatan biasanya seperti itu, dari ribuan massa ini, lebih dari setengahnya adalah preman yang di bayar untuk menjatuhkan pemerintahan yang tidak lagi satu misi, sejak periode kedua presiden itu, kebijakannya cukup membuat kerepotan para koleganya yang menumpuk misi terselubung mereka sendiri"

"lalu hak istimewa pimpinan majelis tinggi akan mengganti presiden itu nanti?"

"rencana mereka sepertinya begitu, demokrasi tidak akan bekerja jika kerusuhan semakin lebar sementara Negara perlu kepala untuk bisa diperlakukan sebagai boneka oleh pemain di atasnya, mereka yang bersenjata akan menekan kepala sipil dan menebas leher orang yang dianggap pengkhianat negara"

Takk.....

Di tempat lain, suara botol jatuh mengejutkan Theo dan Darwis yang berdiri di teras. Anita menutup mulutnya dengan wajah penuh keterkejutan. Darwis menghela nafas lelah, ia mengikuti Theo mendekati Anita yang masih kaku.

"jadi semua itu di sengaja?" Anita menatap Theo mencari kebohongan yang mungkin saja terselip di sana "ceritakan padaku! Aku tidak mau jadi orang bodoh yang gak bisa jaga dirinya sendiri"

Segelas es jeruk, dan dua cangkir kopi terduduk cantik di atas meja kantin rumah sakit yang sepi. Darwis seolah terdakwa yang siap di intrograsi dua orang di depannya. Wajahnya kini terlipat sempurna dengan mata menyipit yang sudah sipit.

"jadi begitu ceritanya...." Darwis membuang nafas dan menarik ujung cangkir kopi

"kenapa mereka sejahat itu? Bunuh manusia kayak mati-in rayap" wajah Anita mengeras dengan tangan terkepal kuat "apa yang bisa Nita bantu? Meski belum lulus kuliah, tapi Nita punya banyak keahlian"

"Wuehhh....keahlian apa?" Theo tertawa mencemooh "kamu kesenggol dikit, tumbang, sudahlah dek, jaga diri baik – baik aja dan juga jangan deket – deket sama orang asing sementara ini, karena pembunuh itu sekarang entah ada dimana" Mata tajam Anita justru terlihat menggemaskan di mata Theo

Katanya Mah JODOH!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang