Chapter 11 - Percaya -

944 49 0
                                    

Gengs Yuhu balek maneh, tapi episodnya makin - makin lah moga kalian enjoy!

♥️♥️♥️
Kita semua pernah seputus asa hari itu,

tapi esensinya adalah keberanian kita bisa menghargai apa yang sampai di hari ini
♥️♥️♥️

07:22 WITA

133 mil dari Pelabuhan Soetta

Ditanggal yang sama, dipagi yang sama dengan cerita yang berbeda. Badai besar yang akan menjadi sejarah terburuk dalam pelayaran Negara ini. Tidak ada yang lebih baik untuk memilih bertahan atau menyerah dengan keadaan. Kapal yang semula berlayar gagah di lautan, kini seperti seonggok sampah yang terapung - apung. Hanya dalam kurun waktu kurnag dari satu jam, lambung kapal sudah hampir tertutupi dengan air laut yang berselimut ombak kencang. Satu dua sekoci mulai terisi beberapa penumpang kapal yang di dominasi orang tua. Kepanikan memenuhi sisi - sisi kapal di tambah jerit tangis putus asa beberapa korban yang tertinggal di bagian belakang.

Hujan deras yang datang memperburuk keadaan, Theo yang mulai mencari Anita mulai terlihat luar biasa panik saat tak ada satu pun yang terlihat menyerupai pujaan hatinya. Dengan tergesa, pria yang mulai berkaca - kaca itu menyelusuri kerumunan penumpang yang hendak lompat ke sekoci atau bahkan ke laut karena merasa kapal adalah tempat yang lebih berbahaya.

 Pikirannya berkecamuk saat ujung sisi kanan kapal belum juga menampakkan wanita yang benar - benar membuatnya merasa bersalah, takut dan entahlah. Sampai saat wajah yang ia kenal berteman dengan istrinya itu muncul dari dalam pintu darurat keluar, Theo tergesa menarik lengannya.

"Mbak tahu dimana Anita?" suara ketakutannya membuat wanita itu terhenyak

"dia......" suaranya tercekat saat baru menyadari sesuatu, air matanya pun luruh

"MBAK!" bentak Theo menyadarkan wanita yang justru semakin membuatnya kalut bukan main "Jawab mbak!"

"tadi aku sempat bertemu dengannya di deck dua, tapi katanya masih ada penumpang di deck tiga jadi dia berlari ke sana" pikiran negatif mulai membuat Theo frustasi, sambil berusaha tegar dia melangkah masuk menuju lambung kapal. Tidak peduli air laut yang saling menghantam di dalam kapal.

"Maaf pak, air laut sudah hampir masuk sampai ke deck satu, itu artinya deck dua dan tiga sudah penuh berisi air, terlalu berbahaya untuk masuk ke sana pak" Theo tetap memaksa masuk saat dua anggotanya berusaha menahan

"SIALAN! Istriku masih di dalam!" teriakan frustasi itu membuat anggotanya tertegun

"Tapi disana bahaya pak!" seorang crew kapal juga menarik Theo kembali menuju sisi kapal yang masih ada di permukaan

Theo baru menyadari rasanya seputus asa ini, saat kekalutan menggerogoti akalnya dan tidak membuat fungsi otak yang seharusnya bekerja kini jadi buntu. Dadanya pun tak henti-hentinya berdenyut. Langit seolah runtuh menumpu di atas bahunya menyadari ketidakmampuannya melindungi perempuan yang ia berikan janji bahagia seumur hidupnya.

"Bantuan Datang!" Teriakan memecah keheningan itu

Theo segera melihat bahwa tidak jauh dari kapal ini ada tiga kapal paralon dengan beberapa tim SAR (Search And Rescue). Sambil berderak maju dan tergesa, Theo melambaikan tangan dan kemudian berteriak pada salah satu kapal Paralon untuk mendekatinya.

"ada yang bawa peralatan menyelam?" para petugas itu mengangguk cepat dan menyerahkannya pada Theo

Dengan langkah terburu - buru, pria yang dilanda kegilaan hakiki itu melangkah tegas menuju pintu darurat satu - satunya yang tersisa di permukaan. Setiap langkah yang ia ambil detik ini, sudah ia rencanakan matang - matang. Bahwa mati atau hidup, ia bukan hanya menyelamatkan istrinya, wanitanya, bukan hanya mempertahankan janjinya tapi melindungi masyarakat Indonesia seperti dalam sumpahnya.

Katanya Mah JODOH!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang