Chapter 6 - Layangan Putus -

1.3K 66 5
                                    

Hai Readers, cuma mau pesan di chap ini bagi siapa pun yang baru saja merasakan patah sepatah - patahnya hati💔, dia memang harus patah dulu sebelum di rekatkan oleh orang lain yang paling paham tentang luka dan membalutnya dengan cinta. 

♥️♥️♥️

Hakikat melepas berarti merelakan,

kayak layangan yang sudah terbang tinggi Eh.. putus

dikejar pun kalau tak berjodoh ya nyangkut sama yang lain
♥️♥️♥️


Matahari belum terbit di atas gunung bawah langit sana, jelas karena subuh baru saja berkumandang dan lihat kedua tanganku menjinjing tas belanja seorang diri di tengah kerumunan pasar. Ohhh Come On! Pasti kalian berfikir ini sudah beberapa minggu berlalu dari kejadian suara motor yang dibuang asal sama pemiliknya sampai bikin acaraku rusuh, riuh, bergemuruh. NO! Kejadian itu baru lewat kurang dari 24 jam dan sekarang lelaki yang jadi mantu kesayangan ibuku sedang di rumah dan dengan seenak jidatnya minta dibuatin sayur asem sama tempe bacem plus sambel petenya. Tadi pagi di kamar sambil ngasih duit warna merah tiga lembar dia bilang

"dek, pingin sarapan pake masakanmu" sambil cengo aku meraih lembaran duit yang terarah sangat epic padaku

"emang pingin sarapan apa? Bukannya di belakang banyak makanan, tinggal pilih ada rendang, tumis buncis, tempe goreng mas" keluhku Cuma ditanggapi cengiran menyebalkan darinya

"Ehmm No..No mas maunya makan sayur asem sama sambel pete kayaknya pake tempe bacem enak juga itu" aku menatap bersungut padanya, hello ini hari pertama setelah pernikahan dan jangan tanya berapa banyak makanan yang ada di belakang -_- dan dia berlalu dari kamar setelah mencium keningku, nice! ambyar sudah moodku hari ini mas. Jungkir walik!

Sambil menyusuri blok – blok pasar yang padat merayap aku bakal cerita tentang kejadian kemarin, sebenarnya gak seharusnya itu terjadi emang dianya yang lebai dan aku gak ngundang jadinya ya gitu, ala sinetron kali hidupku. Jadi setelah insiden suara gedubrak motor

"Nita! Kamu nikah?"

Dengan wajah masih terkejut aku mengangguk dan menatap wajah kecewanya. Aku tahu di matanya ada luka, tapi apa boleh dikata pria yang sedang menatap datar padanya adalah suamiku. Dan great! semua mata mengarah padanya.

"Kenapa gak bilang kamu sudah mau nikah?" dia berjalan terburu-buru ke arahku dan langkahnya terhenti sebab Mas Bheo sudah berdiri di depanku dan akhirnya ia terduduk lemas tak bisa berkata – kata.

Karena tak ingin jadi bahan tontonan, mas Bheo menarik pria itu keluar dan aku tentu harus mengikutinya untuk menjelaskan padanya. Dan lihatlah pohon mangga yang disinari cahaya matahari sore. Angin sore juga menerbangkan kibaran jilbabku dan melihatnya terduduk di bangku sambil tertunduk lesu membuatku hampir tak tega. Jelas. Setidaknya dia dan aku sama – sama tak seharusnya punya rasa dan menggantungkan hati terlalu lama. Jadi aku dilamar duluankan sama yang lain.

Katanya Mah JODOH!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang