Think Positive and Positive Thingking
Theo kembali bernapas lega setelah masa kritis akibat serangan jantung yang dialami Anita terlewati. Areno yang baru saja datang sekitar jam setengah satu-an tadi tidak mau beranjak dari sisi Anita sama sekali. Kabar itu benar - benar membuat wajahnya berubah datar, dingin, dan mengerikan. Theo melepas lelahnya di depan sajadah. Mengais - ngais belas kasihan pada Rabbnya di sholat sunah yang baru ia jalankan. Matanya basah, merah dan penuh gurat kesedihan. Dadanya di sesaki perasaan khawatir yang datang bertubi - tubi. Tangannya masih tengadah, namun bibirnya tak berujar sama sekali. Ia meletakkan bait doa - doa itu melalui hatinya.
'.........Ya Rabb..... Aku datang kembali padamu membawa pengharapan. Istriku, belahan jiwa yang engkau titipkan, sedang berjuang untuk hidup dan mendampingiku. Angkatlah sakitnya Ya Allah. Segera kembalikanlah sinar matanya. Hamba hanya manusia lemah yang tak berdaya tanpa kekuatanmu, jangan ambil hidupku, rusuk yang engkau takdirkan untuk melengkapi kekuranganku.........'
Basah air mata itu kini tertumpah dalam sujud panjang Theo. Hingga saat jam menunjukkan pukul tiga pagi, langkahnya kembali ke ruang ICU Anita. Dan Areno belum juga pindah dari posisinya. Duduk diam sembari memandang Anita tanpa pergerakan apapun.
"Ren, kita butuh bicara diluar" Theo menepuk pundak Areno pelan, suara mesin EKG Anita masih berbunyi nyaring
"gak bisa nanti saja?" Theo terhenyak mendengar suara dingin Areno. Seolah jika pergi sejenak maka hal buruk akan menimpa Anita
"aku harus mengurus berkas - berkas kepindahan ke batalyon dan pengangkatan yang dilaksanakan hari ini." Tanpa bicara, Areno beranjak dan melepas pakaian khusus pengunjung ruang ICU
"Seharian ini aku sudah mencoba mencari informasi dari rekan Intelku yang bertugas di seluruh Makassar sampai Miangas sampai aku tidak tahu Anita jadi target pembunuhan" Mata Areno tersirat tajam dan mengerikan, tangannya mengepal dan alis bertaut kuat "Sore tadi, Bimo bersedia membantu kita dan mengerahkan staf rahasianya untuk mengejar informasi melalui jaringan internet. Aku masih tak habis pikir Yok, mereka bisa berbuat semenjijikkan itu, pakai cara kotor buat tutup mulut kita. Toh sampai sekarang aku bahkan tak berniat mengatakannya kepada para Pati [Perwira Tinggi]. Mereka itu........Aishhh!" Areno berteriak kesal dan berusaha melampiaskannya dengan meninju udara.
"itulah kenapa, aku sudah menyusun rencana. Sebulan ini, aku lebih memilih menjaga Anita. Kamu Ren, mau tidak mau akan kembali bersama semuanya ke Bengkulu" wajah Areno nampak tidak terima "Abang asuh sudah menelponku dan bertanya ini itu sampai dia berjanji akan menyeretmu kembali ke batalyon kalau tidak akan balik kesana hingga lusa, setidaknya di Bengkulu, informasi tentang si Poer bisa kamu kumpulkan, sedang aku, Roy dan Bimo disini akan memburu pelaku kapal dan kebakaran rumah sakit. Pastikan sebulan ini pergerakan kita jangan tercium oleh siapapun" Areno menghela nafas
********
Satu bulan berlalu secepat kilat. Jejeran rumah dengan warna hijau pupus membentang dengan jarak yang terisi oleh pepohonan raksasa. Angin semilir pun menghias pagi ini. Lokasinya yang dekat dengan lereng perbukitan kadang menghantarkan angin dingin. Awan putih yang muncul di ujung timur bagai coretan kuas di ujung kanvas. Sempurna. Suara gumuruh dari yel-yel satu regu pria - pria macho menambah indah suasana pagi ini. Celana hitam pendek dengan kaos hijau botol yang sudah basah dengan keringat. Behhh! Mantul! Kapan lagi dapat pemandangan sebagus ini.
"Dekkkkk! Ayok Sarapan.....ngapain sih megang sapu tapi gak nyapu" Theo mendekati Anita yang berdiri dengan daster kuning kembang merekah dan jangan lupa jilbab langsung warna jingga yang membungkus wajah tirusnya"malah bengong?" yang di tanya justru cengengas - cengenges. Theo yang melihat arah mata istrinya mendelik kesal. Sejak sudah sehat dan tinggal di asrama, istri tercintanya ini punya hobi yang bikin gondok hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katanya Mah JODOH!!
RomanceDi jalan setapak pemakaman yang dipenuhi pelayat dan para prajurit berseragam lengkap dua sosok muncul dengan senyuman kebahagiaan. Tangan perenpuan berjilbab cream itu bergelayut di lengan suamnya. Wajah mereka bersinar seolah seluruh lampu di duni...