Chapter 33 - Duel -

425 37 0
                                    

Tak peduli seberapa hancur tanganku dalam berlumur dosa, aku hanya ingin melindungi – Theo –

"Makanlah......" batok kelapa berisi air dan sebuah pisang menyambut mata Anita yang baru saja tersadar dari pingsannya

"ini sudah hari ke lima belas...." suara hati itu dibanjiri air mata, meski tangannya semakin kurus, Anita tetap mencoba memakannya, ia tahu, perjuangannya bertahan adalah untuk anaknnya satu – satunya sampai perintah membunuh itu turun

"aku cukup tertarik melihat perempuan seperti mu memilih bertahan" Anita yang sedang mengunyah pisang berhenti. Jangan tanya bagaimana keadaaanya, lebih buruk dari pada gembel jalanan

"alasannya sederhana X, aku seorang ibu" Pria itu berdecih meremehkan "Bulshit! Tidak ada perempuan yang seperti itu" meski tertutup cahaya bulan dari luar, Anita masih bisa merasakan perasaan iba yang dipancarkan X

"Ada X, kau saja yang mungkin lupa" Pria itu berjalan cepat mencengkram dagu Anita sembari menekan luka lebam di pipinya "tidak mungkin aku melupakan wanita menjijikkan itu yang berhasil membunuh Prima"

"Prima belum mati, dia ada dan sedang bersamamu sekarang, sejahat apapun dia, perempuan itu tetaplah seorang ibu yang membuatmu lahir ke dunia ini"

"untuk apa? Hah? Melahirkan karena terpaksa, memukulinya dan menyembunyikannya di loteng rumah untuk kemudian pergi bersama pria lain dan meninggalkannya seorang diri di umurnya yang baru lima tahun, dia Monster!" Anita menangis

"tapi kenapa kau melihatku juga pantas diperlakukan sama seperti ibumu?"

"karena Prima justru mencintaimu disaat dia harusnya melakukan misinya menenggelamkan kapal. Tapi dengan bodohnya dia memilih menyelamatkanmu yang hanyut di dalamnya, Shit! aku Muak mengingatnya" perempuan itu kembali membekap mulutnya tidak percaya

"Kau sama saja Perempuan!"

"Kau salah X, setiap orang berhak mencintai siapapun, tapi mereka juga tidak berhak melawan takdir bernama jodoh, Allah sudah menggariskannya. Kau lihat X, anak dalam perutku ini juga punya hak yang sama untuk lahir dan mencintai siapapun, tapi apakah nanti ia bahagia dengan orang yang balik mencintainya, jawabannya hanya milik Allah"

"Shut UP!" X yang masih jongkok di depannya Anita berulang kali memukul kepala perempuan itu kesal, menasehatinya tentang hidup yang perempuan itu tidak tahu apa – apa

Anita yang kesal menarik tangan X yang hendak memukul untuk ia arahakan ke perutnya. Bayinya sedang bergerak aktif hingga ia kadang mengernyit nyeri.

"apa kau tidak ingin melihat dia memanggilmu paman sekali saja, biarkan dia hidup, setelah itu kau bunuh saja aku, dan akan kuterima dengan ikhlas"

Pria itu takjub dengan sesuatu yang bergerak di tangannya.

Brakkk....

Anita jatuh pingsan untuk kesekian kalinya hari ini.

***********

Lampu – lampu jalan berpendar – pendar, kendaraan pun masih berlalu lalang di malam yang larut ini. Theo memilih menghirup udara segar dengan berjalan kaki setelah pulang mendiskusikan proses penyergapan besok malam dari rumah Bimo. Rasanya hatinya berdenyut ngilu memikirkan apa yang kini sedang dialami istrinya di tengah hutan sana. Bahkan air matanya turun tanpa di minta. Pria itu memilih duduk kembali di trotoar, kakinya tak lagi sanggup melangkah. Ia kembali menangis, melepaskan kesakitan di dadanya dan tubuhnya.

Katanya Mah JODOH!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang