Kadang ada celah yang buat kita ngerti,
Ouhh! Jadi maksudnya ini.
Author's Note
Aku terkejut dan mengerjab beberapa kali saat suara gemericik air yang seperti tertuang dalam cangkir kemudian deritan jendela – jendela kayu tapi sayangnya tak ada yang berwujud dipenglihatanku. Aku panik saat melihat seluruh area yang kucoba amati betul-betul tetap hitam pekat, dari kiri ke kanan bahkan atas bawah. Apa ini sedang mati lampu?. Sambil berlari mengelilingi ruangan, tebakanku, aku mencoba sampai terengah – engah. Tapi tak ada satupun kaki meja atau kursi dan mungkin badan lemari yang kutabrak. Hebatnya aku bisa merasakan tanganku menggapai – gapai ruang kosong tapi tak mampu menyentuh bagian tubuhku yang lain. Jadi sebenarnya aku dimana?
"Ayo Pulang....." suara halus yang tersapu angin membuatku menoleh. Tak ada orang. Gelap.
"Ayo pulang Nit......." suaranya semakin bergemuruh, seperti beberapa orang yang berderap ke arahku.
"Rumahmu bukan disana lagi" suara itu datang ke sisi telinga kananku. Aku mendengarnya jelas. Suara pria tua. Serak dan ringan.
"memangnya rumahku dimana?" pertanyaan itu menggaung di ruangan gelap ini. Tapi gemerisik dedaunan terdengar nyaring melewati sebuah jendela dan mengepakkan tirai – tirainya. Aku dimana sebenarnya?.
"di tempatku nanti tidak ada lagi yang akan membuatmu sakit, ada banyak teman – teman yang baik padamu tidak seperti di sana yang selalu merundungmu. Ayo ikut pulang..." suara itu kini berputar seperti sirine dan hebatnya suara itu menggema.
"Tidak mau!" ucapku berteriak dan suara terkekeh membuatku bergidik ngeri. Siapa dia?. Makhluk astralkah?. Ada suara tak ada wujudnya.
"kamu tahu Nit? Jauh sebelum kamu hadir di perut ibumu, bapak sudah sangat mencintaimu, berdoa semoga kamu cepat hadir agar bapak bisa segera menggendongmu dan mengajarimu banyak hal" itu suara bapak. Rasanya dekat sekali. Pak! Nita takut, disini gelap "hari rabu di awal tahun, bapak masih ingat betul, ibumu yang cerewet itu menyambut bapak dengan kalimat yang paling membahagiakan "Ya Allah Pak, perutku bakal isi bayi" begitu katanya sambil menangis tersedu – sedu. Bapak hanya mampu sujud syukur, Allah maha kuasa menitipkan hal yang paling paripurna dalam hidup bapak dan tentu saja ibumu
Setiap malam, bapak selalu bertanya apa kegiatanmu di dalam perut sana. Rindu yang benar – benar susah untuk ditahan. Tidak sabar melihatmu berlarian di rumah dan mengoceh ini itu. Sembilan bulan tiga hari, ibumu meronta dalam dekapan bapak sambil menahan sakitnya melahirkan. Rasanya setelah melihatmu hadir dalam pelukan adalah bayaran paling luar biasa yang kami terima sebagai, orang tua." Bapak terdengar sesenggukan. Dan aku sudah menangis
"Dalam pelukan bapak, kamu yang masih merah belum bisa membuka kelopak mata tapi sambil kutimang pelan dan sepertinya melupakan ibumu yang ada disisi kanan bapak, dunia bapak seperti terpusat hanya pada wajah mungil itu, namun akhirnya bapaklah orang pertama yang kamu lihat. Ribuan bunga tiba – tiba mekar di dada saat bola mata yang masih sangat kecil itu berusaha melihat bapaknya. Saat itu, bapak menautkan banyak doa dalam bisikan yang lirih "bapak mencintaimu putriku" akulah orang pertama yang mencintaimu. Waktu bergulir dimana aku masihlah orang tua yang dungu, belum paham betul bagaimana mengerti bahasamu yang lapar atau ingin tidur. Maafkan bapak, nak"Nita yang harusnya minta maaf pak, pernah kesel sampai banting pintu waktu SMA hanya karena tidak diberi izin pergi dengan teman.
Bapak luar biasa bahagia saat tanganmu yang masih kecil – kecil itu menggenggam erat ujung telunjuk bapak agar langkahmu tidak jatuh. Tenanglah nak, bapak di belakang. Dalam hati bapak selalu merapal itu sampai akhirnya, langkah pertama keduamu berjalan ke arahku diiringi suara heboh ibumu, bapak yang pertama kali menuntunmu Nit. Saat kamu mengoceh banyak hal dengan bahasa bocahmu, bapaklah kata pertama yang kamu gumamkan saat usiamu tiga tahun setengah. Ibumu cemberut seharian, karena katanya kamu lebih sayang ke bapak dibanding ibu. Tapi bapak pernah sedih saat masuk sekolah menengah kamu lupa menelpon bapak lagi bahkan saat adzan isya sudah berkumandang, bapak Cuma khawatir saat mendiamkanmu waktu itu. Bukan benci nak. Tidak pernah sekalipun." Aku tahu pak, malam itu aku jadi anak yang paling bodoh sampai melewatkan untuk sebentar saja mengabarimu. Maafkan Nita pak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Katanya Mah JODOH!!
RomanceDi jalan setapak pemakaman yang dipenuhi pelayat dan para prajurit berseragam lengkap dua sosok muncul dengan senyuman kebahagiaan. Tangan perenpuan berjilbab cream itu bergelayut di lengan suamnya. Wajah mereka bersinar seolah seluruh lampu di duni...