36%

2.7K 481 52
                                    

Focus: Kei

19 Desember 2017

05.58

Untuk yang kesekian kali, Kei membuka mata karena mimpi yang ia dapat malam itu. Mimpi itu hanya sekilas. Setelah mimpinya berakhir, gadis itu selalu terbangun dalam keadaan berkeringat dingin.

Mimpi itu berulang. Ia memimpikannya, terbangun, dan saat ia kembali tidur, gadis itu kembali bermimpi mengenai hal yang sama.

Yang Kei tau, itu sebuah peringatan. Itu bukan mimpi yang berdasarkan khayalan, namun kenyataan. Itu penglihatannya. Penglihatan yang sama ketika pertama kali ia memasuki Rumah Sakit tersebut. Hal itu diperkuat dengan penjara bawah tanah yang ada di dalam mimpi Eunwoo.

Ia melihat masa lalu. Beberapa puluhan tahun silam, Rumah Sakit tempat Sowon berkerja itu merupakan tempat penilitian dengan penjara bawah tanah —yang berisi orang-orang aneh— terletak di bawahnya.






Focus: Minghao, Eunha

19 Desember 2017

06.00

"Iya, Hao. Yang itu. Ambil aja semua kotaknya."

Minghao menurunkan kotak terakhir yang bertuliskan 2000 study. Lelaki itu menyerahkannya pada Eunha yang dengan santainya duduk di lantai rumah sakit sambil memeriksa data-data yang ditemukannya.

Minghao berjongkok di samping Eunha. Lelaki itu menunjuk kata Failed pada kertas yang gadis itu genggam. "Gua masih gak ngerti ini maksudnya apa. Lagian, kenapa lu penasaran sama data-data ini?"

"Ada nama kakak gua disini. Jung Yerin."

Minghao tampak berpikir. "Kakak lu masih hidup?"

Eunha mendelik ke arah Minghao. "Ya masih, lah! Tapi sekarang dia lagi kuliah di Inggris."

"Ha. Kakak lu pernah dirawat disini?"

Eunha mengangguk. "Pernah. Pas operasi mata minus," gadis itu melanjutkan. "Entah kenapa, abis itu mata kirinya buta."

Minghao terdiam. Sedangkan Eunha menghentikan aktivitasnya yang sedang memeriksa data. Gadis itu tersentak, menatap Minghao yang juga tengah menatapnya.

"Jangan-jangan..."

Minghao tersenyum miring. "Gua udah curiga sama nih RS dari awal."

Cklek!

Dua orang itu menoleh ke arah pintu. Dengan tergesa-gesa, Eunha memasukkan semua data ke dalam satu kotak dan meninggalkan kotak lainnya di lantai. "Buru, hao. Kita ke ruang bawah tanah yang lu temuin."

Pintu terbuka. Lelaki berjas dokter —yang bertemu Eunha dan Minghao semalam— itu memicingkan matanya. Ini masih jam enam pagi, biasanya petugas akan menyalakan lampu jam setengah tujuh, namun kenapa ruangan ini sudah terang.

Lelaki itu tersenyum miring ketika melihat beberapa kotak berserakan di lantai. "Mereka sudah hampir sampai, ya?"




Eunha menyalakan senter pada ponselnya. "Hp lu juga nyalain dong, Hao. Lebih banyak cahaya lebih baik."

Lagi-lagi, Minghao menggaruk tengkuknya. "Gua lupa naro hp gua dimana."

Eunha menghela nafas. "Yaudah nih lu yang pegang. Biar gua yang bawa kotaknya."

Mereka berjalan menuruni anak tangga yang terbuat dari batu secara perlahan. Terkadang Minghao harus merunduk karena kepalanya yang terus-menerus menabrak sarang laba-laba yang menumpuk di langit-langit.

«¹» Elevator Game ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang