37%

2.7K 489 40
                                    

Focus: Yuju, Yugyeom

19 Desember 2017

06.45

Setelah melamun dan berpikir beberapa detik, Yuju segera menyeret kembali tiang infusnya dan berlari meninggalkan SinB yang masih memeriksa data satu per satu dari mayat yang ada di sana.

"Eh! Yuju! Tunggu!" SinB kembali menoleh, membaca data dari mayat terakhir.

"Sialan. Gak ada." Setelah memeriksa jika tidak ada tanda-tanda adiknya di sana, SinB segera ikut menyusul Yuju.

Dengan sekuat tenaga Yuju berlari menuju ruang rawatnya dan Yugyeom. Gadis itu masuk dengan membanting pintu. Menampilkan wajah super paniknya.

"Yugyeom!"

Yuju menggigit bibirnya ketika tidak menemukan Yugyeom di tempat tidurnya.

"Yuju..."

Gadis itu menoleh ke arah kamar mandi. Pintunya terbuka. Dengan cepat, gadis itu berjalan ke sana.

Hatinya mencelos ketika melihat wajah pucat pasi milik Yugyeom yang berdiri di depan wastafel sambil membasuh hidungnya dengan air.

"Gua gak tau kenapa tapi darahnya gak mau berhenti," Yugyeom menoleh. Tangan besarnya menutupi hidungnya yang terus menerus mengeluarkan darah.

Tangan Yuju tambah bergetar. Tangannya reflek mengambil ponsel dan menelpon Eunha untuk meminta bantuan.

Focus: Eunha, Minghao

19 Desember 2017

06.35

Minghao menarik Eunha untuk mundur, menjauh dari sumber cahaya tersebut. Minghao memegang kedua pundak gadis di depannya kemudian menatap mata Eunha.

"Lu gak usah panik, ok? Kita telepon polisi sekarang. Gua udah ngerti apa yang terjadi di rumah sakit ini."

Eunha menatap Minghao. Gadis itu mengangguk pelan. "Jadi Jehyun sama yang lain...?"

"Ssst. Telepon dulu sekarang."

Eunha mengangguk lagi. Ia mengeluarkan ponselnya.

GUSTAS TU GUSTAS TU STUTURU—

"Siapa disana?!"

Karena panik, Eunha segera merijek panggilan atas nama Yuju tersebut.

"Cepet, ha! Telepon polisi!"

Dokter yang tadi Minghao lihat keluar dari balik tembok. Membuat Eunha dan Minghao mundur perlahan.

Tangannya bergetar. "Anjir lah panik gua! Nomornya apa?!"

"Hei! Siapa kalian?!"

Minghao tampak panik. Pasalnya ia saja lupa jalan ke rumahnya, apalagi nomor telepon polisi? "Gua mana inget! Cari gugel aja!"

"Gak ada sinyal sumpah."

"Jangan lari kalian!"

"aAAAAA TELEPON SIAPA KEK, LU TELEPON POSYANDU PUN JADI ASALKAN— ANJIR HA MEREKA BAWA PISTOL! LARI!"

Eunha menoleh ke arah para dokter yang sudah menodongkan pistol ke arah mereka. Kemudian gadis itu segera berlari menyusul Minghao ke arah tangga.

"ASALKAN APA HAO?!"

"ASALKAN LU NYURUH ORANG ITU BUAT NELPON POLISI!"

Eunha tau ia tidak punya waktu banyak untuk berpikir. Sambil berlari —walaupung agak sulit— ia memencet nomor seseorang di ponselnya.

«¹» Elevator Game ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang