DREAM 2➖Kim Jiho

2.5K 435 9
                                    

Siapa, sih, yang gak kenal Jiho? Sebagai atlet muda berprestasi, gadis itu sudah memenangkan berbagai kejuaraan karate dari tingkat kota sampai tingkat nasional.

Jarang banget ada yang berani bikin Jiho marah. Gak ada yang berani, cuy. Kecuali cowok macam Jungkook, Mingyu, June sama Bambam, sih. Walau Jiho gak akan bisa mukul sahabat-sahabatnya itu.

Bagi Mina dan Yuju yang mudah menangis saat dijahili, Jiho ini bagaikan pelindung. Bahkan Seungcheol, kakaknya Yuju, kalo gak nitip adiknya ke Yugyeom sama Dokyeom, pasti lelaki itu bakal minta Jiho yang jagain Yuju.

Jiho baik. Asik. Semuanya nyaman sama Jiho. Merasa terlindungi.

Jiho yang selalu melindungi sahabatnya. Jiho yang selalu menjaga orang yang dia sayang.

Tapi siapa yang akan melindungi dan menjaga Jiho?

2015

Jiho menghela nafas ketika telinganya mendengar suara barang pecah dari luar. Tangannya masih setia memegang kenop pintu rumah, namun belum siap untuk membukanya.

Gadis itu menarik nafas dalam-dalam, kemudian menghela nafas. Mencoba memasang wajah santai dan menghilangkan ekspresi kesal bercampur lelahnya.

Tangannya mendorong pintu coklat itu ke dalam. "Jiho pulang."

"Jujur, mas!"

"Jujur apa lagi?! Aku udah jelasin semuanya!"

"Yesung! Yoona udah gak ada, kamu harus tanggung jawab!"

"DIAM KAMU!"

PRANG!

Jiho berdecak. Rumahnya sangat sepi. Seperti biasa orang tuanya menghabiskan malam mereka dengan bertengkar di dalam kamar.

Gadis itu berjalan melewati kamar orang tuanya. Berjalan menuju tangga.

"Setidaknya, kamu harus kasih tau semuanya ke Seungcheol, sung. Kasihan dia sama adiknya."

"Berapa kali aku harus bilang, aku gak pernah ngehamilin istrinya Siwon! Seungcheol dan Yuju bukan anakku!"

"Yuju memang bukan anakmu, tapi Seungcheol, dia darah daging kamu! Luruskan semuanya sekarang, mas. Sebelum Jiho tau yang sebenarnya!"

Jiho membeku ditempat ketika namanya dan sahabatnya tersebut. Otaknya mulai membuat kesimpulan dari makna kalimat yang diucapkan orang tuanya tadi.

Pintu orang tuanya itu terbuka, menampakan sosok Sang ayah dengan wajah yang memerah padam karena amarah.

"Aku mau keluar— Jiho??"

Jiho menatap ayahnya itu dengan sinis. Tak lama, kakinya melangkah lari ke atas tangga dan memasuki kamarnya, mengunci pintunya.

Tubuh yang lelah usai berlatih bela diri itu tersender di pintu dan merosot begitu saja.

Tidak, Jiho tidak menangis. Otaknya masih mengulang beberapa kalimat yang menggangu benaknya.

"Kata kak Seungcheol, mamah sama papah berantem."

"Karena marah besar, papah bunuh mamah."

"Aku gak ngerti kenapa papah juga mau bunuh kak Seungcheol."

"Terus, papah selalu bilang, kalau kak Seungcheol bukan anaknya."

"Hiks... Yuju gak ngerti... Yuju kangen mamah..."

"Sung! Yoona udah gak ada, kamu harus tanggung jawab!"

"Berapa kali aku harus bilang, aku gak pernah ngehamilin istrinya Siwon! Seungcheol dan Yuju bukan anakku!"

Ah. Jiho mengerti sekarang. Alasan kenapa ayah dan ibunya selalu menanyakan kabar dua kakak beradik itu. Ia tertawa miris.

"Hahahahaha. Jadi, papah selingkuh? Hasilnya Kak Seungcheol? Terus gua anak siapa?"

"Jiho..."

"Pantes mereka lebih sayang Yuju daripada gua. Gua bukan anak mereka, kok."

"Jiho!"

Jiho yang tengah meracau itu tersentak. Ia mendongak kemudian membulatkan matanya.

Seseorang berdiri tepat di depannya.

"Siapa?"

Orang itu terkekeh. "Masa gak kenal, sih?"

"Chaeyeon?! Bukannya—"

"Ayo balas dendam."














Jiho menatap obat-obatan di tangannya dengan ragu. Gadis itu melirik Chaeyeon dalam wujud hantunya. Sedangkan yang dilirik hanya mengangguk sambil tersenyum.

"Gak papa. Ada gua."

"Tapi, chae..."

"Gua yakin lu marah, mereka yang udah bikin kehidupan lu berantakan. Lagian, lu capek, kan, denger ortu lu berantem terus?"

Jiho terdiam. Pikirannya mengatakan tidak, namun hatinya yang penuh dengan dendam mengatakan iya.

"Ok. Tunggu gua, Yeon."

Dalam satu tengguk, sekitar 15 obat itu berhasil di telannya.

Tubuh itu terjatuh. Menciptakan suara yang cukup keras. Mulutnya mengeluarkan busa, bibir dan sekujur tubuhnya bergetar.

Jari-jarinya mengambil ponsel yang tergeletak di lantai, tepat di samping kepalanya, kemudian mulai mengetikkan sesuatu.















Note:

Senin. 16 Mei 2015
20.04

I hate YoU more than i hate mySElf.

Just enjoy your life and wait for me. I am watching you.





«¹» Elevator Game ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang