16%

4.2K 657 50
                                    

Focus: Mingyu, June, Rose

18 Desember 2017

01.15

"Apa-apaan, sih? Nih air gak danta banget," seru June ketika air yang sudah menenggelamkan lehernya kembali surut dan kemudian lenyap.

Rose memeras rambutnya. "Gila, kirain gua bakal mati tenggelam."

"Woy, ada ikan yang masuk ke celana gua," Mingyu menepuk-nepuk celananya. Membuat gelak tawa June meledak.

"Eh tolol, perut lu udah gak sakit?" tanya Mingyu setelah ia mengeluarkan seekor ikan kecil yang tersangkut dalam celananya.

June terdiam sebentar, menatap Mingyu dan Rose bergantian. Kemudian tangannya bergerak untuk meremas perutnya, membungkuk sedikit sambil memasang wajah kesakitan. "Aduuuh... Perut gua sakit! Lu sih Gyu, pake ngasih gua keripik jamuran. Aw... Sakit banget!" keluh June.

Rose dan Mingyu saling menatap satu sama lain kemudian menoleh ke arah June yang masih dalam posisi yang sama -sedikit membungkuk dan memegang perutnya.

Dengan emosi, Rose menendang kaki June. "Berarti yang tadi lu ngibul, kan?" tanya gadis itu jengkel.

June meringis, mengusap kakinya dan menatap ke arah Rose. "Demi gua gak boong, tadi mah beneran."

"Oh yaudah sini gua bantu biar lu muntahin lagi keripiknya," Mingyu yang berdiri tepat di samping June menggerakan tangannya untuk menepuk punggung lelaki itu dengan SANGAT keras.

"Anj... Sakit... Bego!!" keluh June sambil mengusap-usap punggungnya.

"Eh, niat gua baik, loh. Masa ditolak gitu aja, sih." Mingyu mengerucutkan bibirnya. June dan Rose menatap Mingyu dengan tatapan jijik.

"Apa-apaan, mau ngikutin aegyo-nya Mina? Gak cocok, sumpah," sergah Rose tajam. Mingyu kembali mengubah ekspresinya menjadi datar.

June menegakan badannya. "Mending gua yang aegyo," ujar June dengan senyuman cerah terukir di wajahnya.

"Oh, oh. Mending jangan deh, gua aja gak cocok, apalagi lu, June." Mingyu menggeleng.

Rose memilih untuk tidak menghiraukan dua sejoli yang tengah berdebat itu. Gadis itu mengedarkan pandangannya ke kanan dan kiri lorong.

Namun sesaat kemudian mata gadis itu menyipit. Mencoba supaya pandangannya terhadap apa yang ia lihat di ujung lorong lebih jelas.

Rose menarik-narik ujung jaket June. "Eh, eh. Kesana, yuk. Ada kertas."

"Hah? Kertas doang elah," jawab Mingyu.

"Tapi gua penasaran. Ambilin, dong, June."

June mengangguk kemudian berlari kecil dan memungut kertas kecil tersebut. Lelaki itu mengernyit, bingung. Kemudian ia membawa kertas tersebut kepada Rose dan Mingyu.

Rose mengambil kertas kecil itu dari tangan June, kemudian membacanya.

Red or White?

Rose mengerutkan alisnya. Sedangkan di kanan dan kirinya ada Mingyu dan June yang ikut membaca.

"Harus milih nih, guys?" tanya June.

Rose membalikan kertas yang ada di tangannya dan menemukan satu kalimat lagi.

Choose one if you want to get out of here

Rose kembali membalikan sisi kertas tersebut. Namun kalimat 'Red or White' telah berubah.

Your choice will determine your destiny and your friends

"Terserah lah. Apapun itu, gua milih white, siapa tau kulit gua bisa jadi putih," ucap Mingyu tak peduli.

Rose dan June saling menatap kemudian membuka mulut mereka. "Gua merah," ujar June.

Rose tampak menimang-nimang. "Maybe, I choose white."

Tepat setelah Rose memilih, lampu mati selama sepersekian detik. Dan ketika kembali menyala, sebuah senjata telah berada di tangan Rose dan Mingyu.

Sebuah pisau daging.

Dan sebuah kalimat terpampang jelas di dinding putih lorong rumah sakit.


















Kill your friends who choose red.

Mingyu membelalakkan matanya ketika Rose maju perlahan ke arah June.

"R-rose." June mundur perlahan hingga punggungnya menabrak tembok.

"Rose! Lu mau apa?!" Mingyu menghampiri Rose kemudian berdiri di depan gadis itu untuk menahan pergerakannya.

"Lu gak baca? Kita harus bunuh dia. Dia milih warna merah," Rose melirik June dan memasang smirk-nya.

Tidak. Ini bukan Rose. Tatapannya pada June sangat berbeda. June dapat merasakannya.

Lalu, siapakah yang ada dihadapannya sekarang?

Dimana Roseanne Park yang ia kenal?

Ketika sadar, June dapat melihat Rose memukul perut Mingyu menggunakan ujung gagang pisau. Menyebabkan lelaki tinggi itu jatuh di lantai sambil memegangi perutnya yang dipukul berkali-kali.

Yap. Kesempatan bagi Rose untuk membunuh June sekarang juga.

Rose menoleh ke arah June dengan tatapan kosong. Gadis itu mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi. Mengarahkan mata pisau ke arah June.

Namun, entah kenapa, ketakutan dalam diri June menghilang begitu saja.

"Rose. Please, sadar. Gua gak mau lukain lu," ujar June dengan tatapan sendu.

Namun, terlambat.

JLEB

"R-Rose..."

Rose tersenyum lemah kemudian menarik kembali pisau yang menancap di perutnya. "G-gua... ga-gak a-akan... tega lu-lukain lu, Goo Junhoe."

Mingyu menatap iba Rose ketika tubuh ramping gadis itu ambruk ke lantai dingin.

Terutama, June yang mengeluarkan cairan bening dari matanya.

Jika diingat-ingat, ini yang kedua kalinya June menangis setelah melewati masa balita. Dan dua-duanya karena Rose.

Mingyu ingat, ketika June berumur 13 tahun, ia menangis menatap tubuh lemah Rose yang terbaring lemah di rumah sakit. Dan itu semua karena June.

Dan lagi-lagi sekarang karena Rose.

Mingyu tau, Rose sedang dikendalikan oleh sesuatu yang seharusnya membunuh June. Namun nyatanya gadis itu melawannya, menggerakkan pisau —yang seharusnya menancap di tubuh June, ke arah perutnya.

Sebesar itu kah rasa sayang Rose pada June?

Mingyu gusar.

Sampai ia memutuskan untuk membawa teman-temannya keluar dari tempat ini apapun yang terjadi. Bahkan jika harus mengorbankan nyawanya sekalipun.

Lama banget gak sih? :")INI GUA NGETIKNYA BAPER SENDIRI MASA :""))

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lama banget gak sih? :")
INI GUA NGETIKNYA BAPER SENDIRI MASA :""))





«¹» Elevator Game ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang