↳パート - 29 // part - 29.

8.4K 1.5K 224
                                    

"pasti ada alasannya 'kan lo dekat sama dia, sung?" mark bertanya membuat renjun berhenti tertawa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"pasti ada alasannya 'kan lo dekat sama dia, sung?" mark bertanya membuat renjun berhenti tertawa.

sudah jelas, jisung mengangguk. "iya, dugaan gue benar, dia memang jadi target pria itu."

mendengar hal itu, keenam laki-laki itu lantas tersentak dalam diam.

"hah? ayah lo kenal moeka dari mana?" kata chenle melempar handphone nya sembarang arah.

"holkay mah bebas," cicit jaemin yang melihat aksi nyeleneh chenle.

"setelah gue cari tahu, ayah gue punya dendam kesumat sama keluarga moe."

heh?! apa? jisung belum dapat cerita apa-apa tentang hal ini! "apa—?!"

"ssst," desis jisung meletakkan jari telunjuknya di depan bibir.

selain itu, sejak kapan jisung memanggilnya dengan sebutan 'moe'? belum pernah ada yang menanggilnya dengan nama itu sebelumnya!

"usut punya usut, keluarga moeka pernah menjadi keluarga yang melaporkan aksi keji ayah gue itu ke polisi."

jisung menjelaskan dengan perhatian dari seluruh orang yang ada di tempat ini.

"and well, ayah gue hampir ketangkap waktu itu. dengan segala kekayaan yang ia punya,

dia memanipulasi seluruh kejadian yang pernah ayah moeka lihat sebagai saksi. memang benar-benar sampah—"

jisung kembali melanjutkan penjelasannya. "tapi, yang lebih sampah tetap saja dalang dari semua ini...,"

semua mengernyit bingung, tak mengerti apa yang sedang jisung bicarakan. bukannya sudah jelas dalangnya adalah ayahnya?

namun, ternyata...

jisung menunduk, menunggu kesiapan jantung para pendengar ini. "...dia, kakek gue."

sungguh, ini seperti sedang menyaksikan film horror. selalu saja ada adegan yang mengagetkan.

mereka semua menganga tak bisa mengeluarkan suara.

"gak ada yang lebih bikin shock lagi, sung?" seru haechan sambil masih memegang dadanya.

jisung menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. "sayangnya nggak ada."

dilain sisi, moeka mengacak rambutnya, sudah seperti orang gila.

"jadi, selama ini, aku sering dipanggil sama kepala sekolah, karena aku sudah menjadi targetnya?!"

moeka berjongkok, membenamkan kepalanya pada celah yang ada di kedua lututnya.

"hei, tenanglah. aku 'kan sudah berjanji bakal selalu ada disampingmu," jisung berujar meyakinkan gadis yang tengah ketakutan itu.

sementara keenam laki-laki yang sedang menyaksikannya seperti menonton drama secara langsung tanpa bisa menjeda setiap adegan yang jisung peragakan.

mengusap bahu—memeluk—mencium pucuk kepala.

"terusin banggg, anggap aja kita batu," sindir chenle yang membuat keduanya langsung tersadar dan buru-buru mencari posisi semula.

"ekhem," dehaman jisung berusaha mencairkan suasana canggung tadi. "jadi, gue punya rencana dan gue mau lo semua bantu gue, gimana?"

tanpa ba-bi-bu mereka semua menyetujui ajakan dari park jisung itu. itulah gunanya teman bukan? ada saat dibutuhkan!

↺—to be continued. . .

________________EA EA EA MAAF KALAU ADEGANNYA BIKIN GELI :"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

________________
EA EA EA MAAF KALAU ADEGANNYA BIKIN GELI :"

AGE.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang