athar's pov
Untuk pertama kalinya, aku menyeringai senang saat menerima ajakan makan siang bersama Tante Imelda.
Kulirik pacar baruku, yang tengah berkonsentrasi memakan es buah dengan memisahkan pepaya ke pinggir. Ini salah satu idenya, makan bersama di kantin yang ramai untuk menjadi pusat perhatian. Dulu Sena selalu makan di meja yang sekarang mereka okupasi, katanya.
"Oi."
Nadine meletakkan sendok dan mengangkat alis tidak setuju. Oh. Kadang aku lupa harus berakting manis dengannya. Panggilan 'oi' jelas tidak masuk kategori romantis.
"Princess," panggilku dengan nada lebih lembut. Sebelum berpikir yang tidak-tidak, panggilan itu Nadine sendiri yang meminta. Konyol dan menggelikan, aku tahu, tapi aku bisa apa?
Wajah masam Nadine spontan berubah menjadi riang gembira, topeng yang selalu ia pakai dengan teman-temannya di kampus. "Kenapa sayang?" balasnya manis.
Menahan desakan untuk memutar mata, aku menunjukkan pesan dari Ayah. Nadine membaca sejenak, lantas senyumnya melebar. "Got it. Shall we?"
Aku menunjuk semangkuk es buah di depannya. "Enggak dihabisin dulu?"
Nadine tertawa singkat. "Tinggal pepaya doang. Ayo."
Maka kami berjalan bersama ke parkiran. Secara alami aku merangkul Nadine ketika melewati Sena yang tengah makan bersama seorang gadis berambut ikal panjang. Wajah Nadine menampilkan raut muka gadis paling bahagia di muka bumi, tapi aku tahu sepersekian detik sebelumnya ia melemparkan pandangan mencemooh pada gadis di hadapan Sena.
"Siapa?" tanyaku sembari menyalakan mobil.
Nadine, yang sudah kembali menjadi dirinya sendiri yang jutek bukan main, berdecak kesal. "Marissa, anak psikologi 2017."
Gebetan baru Sena adalah junior dari fakultas sebelah? Pantas Nadine sakit hati.
"Between Marissa and me," Nadine yang tengah memakai entah apa di pipinya dengan bantuan cermin melirikku sesaat, "Which one is prettier?"
Aku tidak menjawab, berkonsentrasi memundurkan mobil keluar dari lahan parkir. Nadine juga tidak menuntut, hanya bersenandung mengikuti alunan lagu di radio sembari touch up.
Setelah melewati pintu keluar kampus, aku menjawab pertanyaannya dengan jujur.
"Marissa."
Ekspresi Nadine tidak berubah saat mengiyakan, "I thought so too."
+ e d g e o f d a w n +
YOU ARE READING
Edge of Dawn [✔]
Short StoryAthar and Nadine aren't meant to be, but they can manage. // edge series #1