athar's pov
Aku ingin mengutuk siapa pun yang mencanangkan ide bernama double date.
Sebab berkat beliau, aku terdampar di bioskop bersama dengan Nadine dan sepasang temannya yang tidak repot-repot kuingat namanya.
Tidak bisa benar-benar disebut kencan ganda, sih. Hanya tidak sengaja berpapasan dengan teman Nadine di salah satu gerai toko. Padahal rencana awalku cuman menemani Nadine membeli sepatu dan makan di Wingstop, setelahnya pulang.
(Secara mengejutkan, Nadine menyukai film kartun. Kupikir dia tipe yang menyenangi film dengan darah, baku hantam, dan hantu.)
"Kenapa cemberut, sih? Aku traktir, loh, Capt," Nadine mengambil sebutir popcorn dari pangkuanku dan mengunyahnya. Nadine suka asin, aku suka manis. Sudah bisa ditebak rasa apa yang kami beli.
Aku mengerling pada sosok yang duduk di samping Nadine, tak lain tak bukan sepasang kekasih yang sibuk berbisik-bisik mesra seolah dunia milik berdua. Kenapa harus mengajakku dan Nadine nonton bareng, sih, kalau ujung-ujungnya mereka heboh sendiri?
Pacarku tertawa kecil, kentara benar memakai topeng supelnya kali ini, "Mau juga mesra-mesraan sama aku?"
Aku memutar mata jengah. Bukan itu masalahnya! "Aku mau makan ayam."
"Iya, iya, abis ini kita makan ayam, Kapteen. Classic lemon pepper sama garlic parmesan kesukaan kamu. Udah, ah, jangan ngambek, filmnya mau mulai," Nadine menepuk pipiku ringan sebelum fokus ke layar.
Hm, hebat juga Nadine bisa ingat favoritku hanya dalam sekali kunjungan ke sana.
Sayangnya impianku makan ayam bersama Nadine kembali buyar karena pasangan yang sampai sekarang tak mau kuketahui namanya itu ikut juga ke restoran ayam serba hijau itu.
Kehadiran mereka sama saja bermain peran.
Dan aku teramat tidak suka dengan Nadine versi yang satu ini.
Tingkat PDA (Public Display Affection) kami masih dalam tahap normal, sih, beda sama pasangan yang satu itu. Suap-suapan, ngobrol dengan bahasa bayi sok imut, tidak mengenal kata spasi dalam kontak fisik. Benar-benar bikin mual.
Aku menghembuskan napas lega begitu berpisah dengan mereka. Thanks God, hope I never see them again!
Nadine sudah kembali normal dengan berhenti menggandeng lenganku dan berkomentar sinis, "Bentar lagi juga mereka putus."
"Tau dari mana?"
Pasangan Abi Umi (Yeah, itu panggilan sayang mereka, dan aku bersyukur Nadine tidak segila itu untuk menirunya) yang akan menamai anak kembar mereka Farhan dan Farah itu akan putus?
"Soalnya aku bakal kasih tau Gaby kalo cowoknya selingkuh sama anak kedokteran. Kemaren aku liat mereka nonton film yang sama kayak kita," jawab Nadine dengan mata berkilat senang tanpa rasa bersalah sama sekali. "Salah sendiri gangguin kita jalan."
Seharusnya dahiku berkerut tidak setuju, tetapi justru Nadine yang bersenang-senang di atas penderitaan orang lain inilah yang aku kenal baik.
Maka aku justru mengangguk. "Hm. Lain kali nontonnya berdua aja, yuk? Aku mau nonton Bumblebee."
"Kalo kamu yang bayarin, aku mau."
Nah, ini baru Nadineku.
+ e d g e o f d a w n +
YOU ARE READING
Edge of Dawn [✔]
Short StoryAthar and Nadine aren't meant to be, but they can manage. // edge series #1