26; his show

1.8K 438 92
                                    

athar's pov

Aku baru saja menutup pintu mobil ketika sebuah tepuk tangan mengejutkanku.

"Bravo, bravo, sandiwara kalian seru banget!"

Berbalik, aku dan Nadine dihadapkan pada sosok tinggi berkulit sawo matang dengan rambut dicat cokelat. Di bibirnya terselip rokok yang belum disulut, sementara kedua tangannya dimasukkan ke saku jaket jeans belel.

Aku mengenal sosoknya sebagai Bang Eros. Senior satu tahun di atasku (di FH, senior dipanggil dengan sebutan Abang dan Mbak) bernama lengkap Eros Radja Semesta. Eksentrik dan terus terang. Punya teman di mana-mana, dalam berbagai kalangan.

Aku baru saja menyelesaikan salah satu skenario Nadine; memarkirkan mobilku persis di samping mobil Sena. Membukakan pintu mobil kepada Tuan Puteri Nadine serta menuntunnya untuk turun di hadapan mantan pacarnya yang langsung buang muka melihat kami.

Sampai tahu-tahu Bang Eros menghampiri kami.

Kurasakan jemari Nadine bertaut padaku. Senyum ramahnya yang khas terkembang seraya bergurau, "Kenapa? Mau jadi orang ketiga, bang?"

"Boleh," Bang Eros melangkah maju, memegang paksa dagu Nadine dengan gerakan menggoda. "Kamu cantik, saya suka."

Sesaat kukira Nadine akan melepas topeng supelnya dan meraung murka, tetapi yang terjadi justru tanganku sendiri refleks bergerak mengibaskan jemari kotor Bang Eros dari pacarku.

"Cewek gua," aku menarik Nadine ke balik punggungku. Menghalanginya dari pandangan lapar Bang Eros.

Bang Eros tertawa terbahak-bahak, membiarkan rokoknya jatuh begitu saja ke tanah. "Cuman pacar pura-pura doang, Thar, nggak usah sok posesif, lah. Mau sama saya aja, nggak, Nad? Saya bisa akting lebih romantis dari si bangsat ini."

Aku langsung terbelalak kaget. Dari mana Bang Eros tahu perjanjian ini?

"Oh ya?" Nadine bergeser ke kanan, melangkah maju sejajar denganku, tangannya memeluk lenganku erat. Matanya berkilat dengan senyum tipis, tidak ada tanda-tanda terkejut. "Gue nggak yakin Abang punya sesuatu yang lebih baik dari Athar."

"Saya lebih ganteng."

"Athar lebih ganteng."

"Saya lebih kaya."

"Gue lebih kaya daripada lo berdua."

"Saya sayang sama kamu."

"Same, I love me, too. So does he," Nadine mendadak melirikku. Mau tak mau aku mengangguk mengiyakan.

Bang Eros menurunkan pandangannya, terang-terangan mengamati bibir Nadine yang hari ini dipoles warna peach. Lantas ia berbisik seduktif, "I'm a good kisser."

"Doubt it."

"Want me to prove it, sweetheart?"

"Fuck off," potongku kesal seraya menarik lengan Nadine menjauh, "Let's go Princess."

Nadine tertawa rendah, namun tidak menolak ajakanku. Hanya saja ia sempat berbalik dan mengedipkan sebelah mata pada Bang Eros, mengatakan "Call me!" tanpa suara.

Aku mengeratkan genggamanku pada pergelangan tangannya. Terdengar desisan sakit Nadine yang tak kuhiraukan sama sekali.

"Do NOT call him later."

"Aww! You're cute when you're jealous."

"I'm not."

Aku tidak cemburu. Aku hanya tidak suka ada orang lain yang menyentuh properti milikku.

Selama tujuan kami masing-masing belum terpenuhi, sandiwara akan terus berjalan, yang itu artinya jelas, Nadine Dyah Gitarja hanya milik Athar Shailendra seorang.

(Satu pertanyaan masih menggangguku; dari mana Bang Eros mengetahui sandiwara kami?)

+        e d g e o f d a w n       +

Edge of Dawn [✔]Where stories live. Discover now