11; her period

1.9K 444 53
                                    

nadine's pov

Setiap bulannya setiap wanita kedatangan tamu tak diundang.

Hari ini giliranku.

Aku harus bersyukur karena satu-satunya efek samping yang kudapat adalah sakit perut bak api neraka dan bukannya jerawat usil.

Biasanya, aku tidak bisa bergerak dari tempat tidur selama dua atau tiga hari. Biasanya juga, ada Sena yang mencatat siklus bulananku di kalender hapenya dan datang membawakan sup jagung kepiting Ta Wan pada hari pertama. Ia yang akan merawatku, membuatkan teh manis hangat, memelukku hingga tertidur. Sakit perutku terasa jauh lebih baik setiap kali ada Sena.

Sekarang aku sudah tidak bersama Sena.

Tak mengapa. Aku bisa bertahan tanpa sup. Untuk berjaga-jaga, aku sudah menyimpan sekardus aqua gelas dan sekantung besar cemilan. Aku bisa mengurung diri di kost selama tiga hari tanpa kekurangan nutrisi.

Usai memakai pembalut dan membalurkan minyak kayu putih, aku berbaring. Mencari ponsel dan mengetikkan pesan pada Athar untuk tidak usah mengantarjemputku selama tiga hari ke depan. Berikutnya, aku mengirim pesan pada beberapa teman di kelas untuk mengabari jika ada tugas atau ujian.

Setelah semua tetek bengek kampus selesai, aku memejamkan mata dan tertidur. Dalam hati memuji diri sendiri berhasil menghadapi datang bulan tanpa bantuan mantan pacarku yang brengsek.

Aku tidak tahu berapa lama aku tertidur, yang jelas langit sudah oranye ketika terdengar suara gedoran di pintu, bersamaan dengan dering ponselku tiada henti. Nama yang tertera di layar adalah 'Kapten Bajak Laut', dan hanya ada satu orang di dunia ini yang memanggilku 'Princess'.

Dengan segenap usaha, aku bangkit dari tempat tidur dan membuka pintu. Menampilkan wajah masam cowok berjaket denim yang akhir-akhir ini dikenal sebagai pacar baru Nadine.

Aku tidak punya tenaga untuk bicara, tenggorokanku sakit. Sebagai gantinya aku mengangkat alis dengan tatapan bertanya.

Athar mengamatiku sejenak sebelum mengulurkan sekantung plastik dengan logo restoran yang familiar. Logo restoran bubur Ta Wan.

"Dari Sena," adalah ucapan dari Athar yang mengonfirmasi dugaanku.

Aku menelan ludah dan buka suara, benci mendengarnya sedikit bergetar saat berujar, "Nggak butuh."

Pacarku itu mengangkat bahu. "I thought so, but he didn't listen. Mind if I eat it?"

"I don't care. Do whatever you want with that trash," jawabku malas hendak menutup pintu, yang langsung ditahan oleh kaki Athar. "Apa lagi Kapten?"

"Kamu mau makan apa?"

Aku menahan desakan untuk melirik lapar pada sup jagung kepiting di tangan Athar.

Damn, stop thinking about him, Nadine!

"Princess?" Athar mengetukkan kaki tak sabar.

"Internet," putusku cepat.

"Indomie telur kornet, it is," Athar tersenyum tipis, lantas mengulurkan tangan.

Aku berkedip tak paham, berpikir sejenak sebelum akhirnya tersenyum untuk pertama kalinya hari ini. "I always pay my bill, Capt, worry not."

Athar baru benar-benar beranjak pergi setelah aku memberikannya selembar uang lima puluh ribu.

Ongkirnya mahal, katanya.

+ e d g e o f d a w n +

Edge of Dawn [✔]Where stories live. Discover now