40; his reality

1.7K 342 35
                                    

athar's pov

Akhir-akhir ini Marissa rajin mengirimiku pesan.

Line. Instagram. WhatsApp. Sebut saja. Semuanya. Aku sempat melapor pada Nadine, namun reaksi yang kudapat hanya tawa gelinya saja.

"Do whatever you want with that bitch, Captain. I don't give a shit."

Maka ku-block semua akun media sosial Marissa.

Sayangnya itu justru menimbulkan masalah baru.

Bang Eros sudah menungguku di dekat toilet pria. Bau rokok yang menyengat menempel di bajunya, seolah itu parfum kebanggaannya. Senyumnya miring, matanya berkilat, dan aku langsung tahu ada yang tidak beres.

"Hai Kapten! Apa kabar Marissa? Sehat?"

Dari mana –tunggu, bukan itu masalahnya. Aku lupa kalau Bang Eros adalah Nadine versi cowok. Penuh teka-teki dan muslihat. Salah sedikit aku bisa terjebak dalam permainannya.

Apakah Bang Eros marah karena Marissa beralih padaku? Aku masih ingat betul perjanjian mereka, Bang Eros akan membuat Marissa tergila-gila padanya, lalu menjatuhkannya, baru setelah itu ia dan Nadine bersama.

Apa aku secara tidak langsung menjadi penghalangnya dalam mendapatkan Nadine?

Pemikiran itu membuatku tersenyum.

"Nadine lagi patah hati, ya, Kapten? Saya liat porsi makannya berkurang dua sendok, lupa masang kancing kemeja paling bawah, dan es batu dari lo nggak disentuh."

Brengsek.

"Bukan urusan lo, Bang. Permisi." Aku harus segera angkat kaki, dan memperingatkan Nadine supaya lebih waspada akan penguntit gilanya.

"Oi Kapten, saya belum selesai ngomong."

"Tapi gue udah."

"Menurut lo, gimana kalau seandainya kita tukeran? Saya dengan Nadine, lo dengan Marissa. Pasti seru, kan?"

Langkahku terhenti. Berbalik, aku menatapnya tajam. Suaraku lebih dingin dari yang kukira saat menjawab.

"Marissa masih sama Sena."

"Marissa masih sama Sena," Bang Eros menirukan ucapanku dengan mimik berlebihan, lantas tergelak sendiri. "Seandainya, Kapten, se-an-dai-nya. Anggap aja Sena nggak ada, cuman sisa kita berempat. Lo nggak penasaran?"

"Kita hidup di dunia nyata, bukan mimpi."

Bang Eros terkekeh seraya memasukkan tangan kiri ke saku, memainkan sesuatu yang terlihat seperti pisau lipat. "Saya bisa dengan mudah mengubah mimpi itu jadi kenyataan, Kapten. Saya. Elo. Nadine. Marissa. Tanpa Sena. Supaya permainan kita lebih seru."

"Pasal 338 KUHP, barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain –"

" –diancam karena pembunuhan dengan pidana paling lama lima belas tahun," potong Eros lancar, kelewat fasih untuk mahasiswa tua yang tak kunjung menyelesaikan skripsi. "Itu, baru dikenakan kalau ada bukti, minimal dua, untuk memulai penyelidikan. Saya tinggal hilangkan barang bukti, beres, kan?"

Ralat. Bang Eros bukan Nadine versi cowok. Dia jauh lebih itu. Dia lebih cocok menjadi penghuni bangsal rumah sakit jiwa. Bagaimana bisa membicarakan nyawa orang lain sesantai itu?

"Mau bantu saya, Kapten? Saya jamin lo nggak bakal ketahuan," Bang Eros mendekat, menjulurkan lengannya, menawarkan jabatan tangannya. Masih dengan satu tangan di saku celana.

Bulu kudukku meremang.

"Lo –!"

"Ber-can-da!" seru Bang Eros tertawa geli, lagi, entah untuk kesekian kalinya. 

Dari jarak sedekat ini, aku bisa mencium aroma tembakau bercampur sesuatu yang asing. Tangannya yang terulur kini meninju bahuku pelan. Apa, sih, maksudnya?

"Serius amat, Kapten. Rileks, rileks. Hari masih panjang, umur masih muda, jangan senewen kayak kakek-kakek!"

Usai berkata demikian, ia berlalu begitu saja, melambaikan tangan salam perpisahan sebelum lenyap di lorong.

Aku masih diam di tempat, mencoba mencerna apa yang terjadi, saat notifikasi ponselku bergetar.

Princess:
Marissa is dating eros










(

Saya,

Elo,

Nadine,

Marissa,


Tanpa Sena 

)









"Shit."

+     t he    e n d       +

❝ here in cherished hallsin peaceful daysI fear the edge of dawnknowing time betrays ❞

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

❝ here in cherished halls
in peaceful days
I fear the edge of dawn
knowing time betrays 

Edge of Dawn [✔]Where stories live. Discover now