18; his role

1.8K 478 95
                                    

athar's pov

"Menurut kamu lebih gampang mana, Frisca atau Maya?"

"Gampang apanya?" tanyaku tak paham. Tahu-tahu saja Nadine merapatkan tubuh padaku, membuatku kehilangan fokus sesaat.

"Buat peran figuran drama kita hari ini."

"Drama apa lagi, sih, Princess?" kulirik Sena yang baru saja memasuki kantin bersama squad-nya. Tidak ada Marissa. "Frisca dan Maya siapa? Aku bahkan nggak kenal."

Sontak sebuah cubitan menyerang lengan kananku. "Mereka fans-fans kamu, Kapten. Tuh, yang diem-diem liatin kamu di depan counter ketoprak, pake baju kuning, namanya Frisca, anak 2017. Kalo Maya yang lagi ngantre crepes, rambut keriting, angkatan kita juga."

Aku mengamati dua sosok itu bergantian. Familiar. Wajahnya memang sering kulihat, ada di mana-mana, hampir selalu ada setiap aku ada di kampus, tapi tidak pernah kuambil pusing.

"Mereka mau kamu apain?" tanyaku memijit kening, seketika pening memikirkan apa yang hendak Nadine lakukan dengan dua cewek yang katanya fansku itu. Rencana Nadine tidak pernah tidak merepotkanku.

"Salah satu aja, sih, tapi dua-duanya juga nggak masalah," Nadine bertopang dagu, menimbang-nimbang, "Kamu bikin mereka cemburu sampe pada titik pada berani labrak aku, bully aku, or whatever. Yang jelas aku mau liat, cepetan kamu atau Sena belain aku."

Satu kata untuk rencana Nadine; sinting.

"Mereka nggak bakal berani sama kamu, Princess," sahutku menyodorkan gelas es tehku yang sudah habis. Menyisakan bongkahan es batu yang disukainya.

Nadine menerimanya dengan senang hati. "Kenapa?"

Karena bahkan dengan topeng supelmu pun semua bisa melihat kamu punya aura ratu yang tidak bisa diganggu gugat, that's exactly why.

"Pokoknya nggak bisa," jawabku malas bicara panjang lebar.

Pacarku tersenyum miring, "Kamu ngeremehin aku, ya?"

"No, I just simply state a fact."

Nadine memutar mata, "Ya udah, kita pake cara yang lebih gampang."

"Cara ap-"

Mendadak saja Nadine berdiri. Dengan ekspresi tahu-tahu saja sudah menahan tangis, ia berseru dengan penuh emosi padaku, "Aku capek, Athar! Kamu nggak liat mereka ngapain aku?! Nyindir, nge-bully, mereka tuh iri sama aku, mau ngerebut kamu! Peka dong, jadi cowok!"

Sebelum aku sempat bereaksi, Nadine mengambil tasnya dan menghambur keluar kantin. Menyisakan keheningan yang canggung dengan seluruh pasang mata mengamati kepergiannya, lantas mengarah kepadaku yang cuman bisa mengerjapkan mata kebingungan.

Apa-apaan ini?!

Sunyinya kantin tidak berlangsung lama, sebab langsung dipecahkan oleh suara kaki berderap mengejar sosok Nadine.

Pemilik tungkai kaki itu tentu saja bernama Putra Anantasena.

Berikutnya, ponselku bergetar menerima pesan baru.

Princess:
Chase me, Captain
Aku di parkiran belakang, deket mobil kamu
Belain aku, jangan kalah sama Sena

Tsk.

Dasar ratu drama. Ingatkan aku untuk mendaftarkan Nadine pada casting sinetron indosiar tahun depan.

+ e d g e o f d a w n +

Edge of Dawn [✔]Where stories live. Discover now